Senin 23 Jan 2023 21:04 WIB

Saat Rasmus Paludan Gencarkan Pembakaran Alquran, Islam Justru Berkembang Subur di Swedia 

Islam berkembang pesat di tengah kampanya Islamofobia dan pembakaran Alquran

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Nashih Nashrullah
Muslimah Swedia ketika memprotes kebijakan anti-Islam. Islam berkembang pesat di tengah kampanya Islamofobia dan pembakaran Alquran
Foto: thegatewaypundit.com
Muslimah Swedia ketika memprotes kebijakan anti-Islam. Islam berkembang pesat di tengah kampanya Islamofobia dan pembakaran Alquran

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA- Seluruh dunia Arab dan Islam mengeluarkan kecaman atas pembakaran Alquran oleh ekstremis sayap kanan Swedia-Denmark di Ibu Kota Swedia, Stockholm, Sabtu (21/1/2023). Polisi mengizinkan pemimpin Partai Stram Kurs (Garis Keras), Rasmus Paludan, membakar mushaf Alquran di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm.

Meski Islam telah menjadi agama resmi kedua di Swedia, setelah Kristen. Namun kini di Swedia masih saja Islamofobia terjadi.

Baca Juga

Aksi politisi garis keras Rasmus Paludan tidak hanya sekali ini terjadi. Pada 2020 lalu bahkan dirinya telah membakar beberapa salinan Alquran untuk memprotes penyebaran Islam dan merayakan kebebasan berbicara. 

Rasmus Paludan meluncurkan tur pembakaran Alquran di seluruh Swedia. Tindakan itu memicu reaksi keras. Pada 2020 lalu, demonstrasi besar terjadi di Mamo, Swedia menentang pembakaran Alquran.  

Sebenarnya bagaimana peta demografi umat Islam di Swedia?   Diperkirakan ada 800 ribu Muslim berada di Swedia atau sekitar delapan persen dari 10,23 juta penduduk Swedia. Sebagian besar populasi Muslim tinggal di kota-kota besar, dengan lebih dari 60 persen tinggal di tiga wilayah kota besar, Stockholm, Goteborg, dan Malmo. 

Populasi Muslim Swedia cukup beragam, dari lebih dari empat puluh negara yang berbeda, dari Turki, Bosnia, dan Iran hingga Pakistan, Arab Saudi dan negara-negara Afrika, Asia, dan Eropa lainnya. Populasi Muslim utama di Swedia adalah populasi Turki. 

Pada 1980-an, mereka menjadi mayoritas populasi Muslim di Swedia, tetapi saat ini hanya mencakup sekitar 10 persen dari total populasi Muslim. Namun, penduduk Turki mempertahankan sumber utama pengaruh politik Muslim melalui kelompok lobi yang mapan dan bersatu.  

Populasi Iran merupakan subkelompok terbesar kedua dari etnis Muslim yang sebagian besar tiba setelah 1985 sebagai pengungsi. Meskipun banyak anggota populasi ini lebih sekuler, seperenam dari populasi ini dianggap Muslim religius. 

Populasi besar lainnya termasuk sejumlah besar warga Irak, banyak di antaranya adalah Kurdi, sisa-sisa perang Iran-Irak dan kebijakan pembersihan etnis Saddam Hussein. Ada juga populasi Lebanon yang cukup besar  sedangkan sisanya berasal dari Maroko, Suriah, Tunisia, dan Palestina.   

Populasi utama dari Afrika termasuk Somalia, Ethiopia. Dari Balkan, ada sekitar 40 ribu Muslim dari Bosnia, dan sejumlah besar pengungsi dari bekas Yugoslavia selama perang saudara. 

Baca juga: Islam akan Jadi Agama Mayoritas di 13 Negara Eropa pada 2085, Ini Daftarnya 

Merujuk Pew Research, Jumlah Muslim diprediksi melonjak sampai 1,1 juta orang atau 11,1 persen dari populasi pada 2050 dalam skenario minimal imigran. 

Sedangkan dalam skenario maksimal imigran, jumlah Muslim diprediksi sebanyak 4,4 juta atau 30,6 persen total populasi. Data ini merupakan hasil kalkulasi lembaga riset Pew yang mengkaji pertumbuhan Muslim di Eropa. Sedangkan data resmi jumlah Muslim dari pemerintah Swedia justru tidak ada

Ada enam masjid yang dibangun khusus di Swedia, empat Masjid Muslim Sunni di Stockholm, Malmo, Uppsala dan Vasteras, satu Masjid Syiah di Trollhattan, dan satu masjid Ahmadiyah di Goteborg.  

Karena hanya sedikit dari masjid yang dibangun khusus ini, kebanyakan Muslim di Swedia mempraktikkan keyakinan mereka di masjid bawah tanah. Selama Ramadan, masjid di Swedia terbuka untuk umat Islam, tetapi kehadirannya buruk karena cuaca yang melekat di negara itu.  

Pada 2018 lalu, Swedia mengizinkan masjid untuk azan. Kepolisian memberikan izin masjid untuk mengumandangkan azan untuk shalat Jumat. Namun izin ini hanya berlaku selama satu tahun.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement