Senin 23 Jan 2023 22:07 WIB

S&P Global Nilai Penerbitan Sukuk Akan Terus Turun

Pada 2022 total penerbitan sukuk mencapai 155,8 miliar dolar AS.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Proyek infrastruktur sebagai agunan sukuk negara, ilustrasi
Foto: Tahta/Republika
Proyek infrastruktur sebagai agunan sukuk negara, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- S&P Global Ratings meyakini volume penerbitan sukuk akan terus menurun pada 2023. Meski dengan kecepatan lebih lambat dibandingkan 2022.

"Kami memperkirakan likuiditas global yang lebih rendah dan lebih dan kompleksitas yang meningkat. Lalu kebutuhan pembiayaan yang berkurang bagi emiten di beberapa negara inti keuangan Islam untuk mencegah pasar," ujar S&P seperti dilansir Zawya, Senin (23/1/2023).

Baca Juga

S&P melanjutkan, khususnya pengembangan standar di masa depan dan preferensi sarjana Syariah tertentu untuk proporsi yang lebih tinggi dari pembagian keuntungan dan kerugian dalam sukuk dapat menimbulkan tantangan hukum tambahan. Meski begitu, lembaga tersebut tetap percaya jika sukuk menjadi instrumen seperti ekuitas, selera investor dan emiten kemungkinan besar akan berkurang secara signifikan, khususnya di tengah likuiditas yang sudah mahal.

Hanya saja, mereka melihat faktor pendukung di daerah lain. Korporasi cenderung berkontribusi pada volume penerbitan, terutama di negara-negara dengan visi atau rencana transformasi pemerintah, seperti Arab Saudi, sistem perbankan yang memiliki kapitalisasi yang baik tidak akan memiliki kapasitas untuk membiayai semua proyek.

"Kami juga melihat momentum yang berkelanjutan melalui transisi energi dan peningkatan kesadaran akan pertimbangan lingkungan, sosial, dan tata kelola di antara para emiten di negara-negara keuangan Islam utama. Hanya saja pasar sukuk tampaknya tertinggal dari pasar konvensional dalam hal otomatisasi dan penerbitan instrumen digital, yang dapat mempercepat pertumbuhan dan membuat prosesnya lebih menarik," jelas S&P.

Dilanjutkan, pada 2022 total penerbitan sukuk mencapai 155,8 miliar dolar AS dibandingkan 170,4 miliar dolar AS setahun sebelumnya. Penurunan terjadi di sebagian besar negara inti keuangan Islam, dengan hanya beberapa pengecualian seperti Malaysia dengan pertumbuhan yang lebih tinggi, dan Turki yang mengejar semua sumber pembiayaan tersedia, terlebih penerbitan dalam mata uang asing anjlok

"Kami memperkirakan tren ini akan berlanjut pada 2023 dan perkiraan penerbitan sukuk akan berkurang lagi menjadi 150 miliar dolar AS. dengan peningkatan risiko lebih lanjut," tutur mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement