Selasa 24 Jan 2023 15:41 WIB

Tak Ada Lonjakan Kasus Covid-19 Seperti Negara Lain, Menkes: Daya Tahan Tinggi Sekali

Pada 2022 lalu, 98 persen masyarakat Indonesia memiliki antibodi Covid-19.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus raharjo
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Foto: Prayogi/Republika
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan alasan kasus Covid-19 di Indonesia tetap terkendali meskipun sejumlah negara mengalami lonjakan kasus. Budi Gunadi mengatakan, ini karena strategi pertahanan rakyat atau antibodi masyarakat Indonesia sudah tinggi.

"Karena memang sudah secara saintifik terbukti penyebab dari lonjakan bukan mobilitas tapi adalah varian baru dan berapa kuat daya tahan masyarakat," kata Budi Gunadi saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR yang disiarkan daring, Selasa (24/1/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, hal ini juga yang membuat Indonesia tidak mengalami lonjakan pada lebaran tahun 2022 lalu, meskipun pemerintah tidak melakukan pelarangan mudik di tengah ancaran varian baru.

"Karena daya tahan masyarakat pada Juli 2022 tinggi sekali, akhirnya kita buka dan terbukti tidak ada lonjakan, pada saat ada varian baru pada saat menyerang banyak negara-negara di dunia," ujarnya.

Menkes mengatakan, pemerintah juga melakukan serosurvei setiap enam bulan untuk mengetahui berkala ketahanan masyarakat Indonesia. Terakhir pada 2022 lalu, 98 persen masyarakat Indonesia memiliki antibodi Covid-19.

"Mudah-mudahan di awal Februari akan keluar lagi hasilnya yang tiga, tapi hasil yang pertama dan kedua kita bisa lihat bahwa daya tahan masyarakat kita atau sistem pertahanan rakyat semesta kita tinggi sekali dari 87 persen naik ke 98 persen dan titer antibodinya atau kualitas pertahanannya naik dari 400 unit per ml menjadi 2.000," ujarnya.

Selain itu, ondisi terkendali ini juga dikarenakan peningkatan jumlah alat genome sequencing untuk mengidentifikasi musuh dan kekuatannya dari 24 kini menjadi 56 alat di 41 laboratorium di Indonesia.

"Itu meningkatkan lebih dari tiga kali lipat kapasitas genome sequecing, genome ini adalah strategi untuk mengidentifikasi musuhnya baik virus bakteri atau jamur," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement