REPUBLIKA.CO.ID, KIEV - Laporan Transparency International 2021 mencatat bahwa Ukraina adalah negara terkorup kedua di Eropa setelah Rusia. Secara global Ukraina berada pada peringkat 122 dari 180 negara.
Janji Volodymyr Zelensky untuk membersihkan pemerintahan dari korupsi adalah salah satu alasan di balik cepatnya ia naik ke tampuk kekuasaan pada 2019. Seorang mantan komedian yang berperan sebagai presiden Ukraina di acara TV terkenal, Zelenskyy tidak memiliki pengalaman politik pada saat pemilihannya.
Namun ia berhasil memanfaatkan kekecewaan dan rasa jijik yang mengakar di negara itu atas korupsi yang merajalela. Penasihat Presiden Mykhailo Podolyak mengatakan di Twitter pada Selasa (24/1/2023) bahwa perubahan dalam pemerintahan menunjukkan Zelenskyy berkomitmen untuk memerangi korupsi.
“Keputusan personel Zelensky bersaksi tentang prioritas utama negara… Tidak ada 'mata buta',” tulisnya. “Selama perang, setiap orang harus memahami tanggung jawab mereka. Presiden melihat dan mendengar masyarakat. Dan dia secara langsung menanggapi permintaan publik utama – keadilan untuk semua.”
Namun Transparency International mengatakan masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Meski beberapa langkah yang telah diambil pemerintah Zelenskyy dalam beberapa tahun terakhir dipuji dalam memerangi korupsi, tetap saja pada tahun lalu perjuangan Ukraina melawan korupsi terhenti dan terjebak dalam kebuntuan.
Mengatasi korupsi adalah kunci ambisi Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa di masa depan. Ukraina secara resmi menjadi negara kandidat Uni Eropa (UE) tahun lalu, namun Brussel telah menegaskan bahwa Kiev perlu meningkatkan perjuangannya melawan korupsi jika ingin menjadi anggota penuh.
Juru bicara Komisi Eropa, Ana Pisonero mengatakan tidak dapat mengomentari masalah kriminal yang sedang berlangsung di Ukraina. Namun, kata dia, Komisi UE tentu saja menyambut baik fakta bahwa pihak berwenang Ukraina menangani masalah ini dengan serius.