Rabu 25 Jan 2023 12:04 WIB

Di Depan Wapres, Mentan Bantah Proyek Food Estate Gagal

Membangun food estate yang berada di atas lahan rawa memang tidak mudah.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin saat menerima Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di kediaman dinas Wapres, Jakarta, Selasa (24/1/2023). Syahrul membatah jika program lumbung pangan baru atau food estate di Kalimantan Tengah gagal.
Foto: Dok.BPMI/Setwapres
Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin saat menerima Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di kediaman dinas Wapres, Jakarta, Selasa (24/1/2023). Syahrul membatah jika program lumbung pangan baru atau food estate di Kalimantan Tengah gagal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo membatah jika program lumbung pangan baru atau food estate di Kalimantan Tengah gagal. Ia mengeklaim, kendati belum cukup tinggi, produktivitas lahan padi di food estate terus mengalami kenaikan sejak dimulai 2020. 

Hal itu diungkapkan Syahrul dalam Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2023 yang turut dihadiri oleh Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin. 

Baca Juga

"Food estate itu adalah antisipasti kita terkait ahli fungsi lahan. Ada orang bilang tidak berhasil, enggak betul, Bapak," ujar Syahrul di depan Wapres Ma'ruf saat membuka Rakernas yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (25/1/2022).  

Syahrul menuturkan, membangun food estate yang berada di atas lahan rawa memang tidak mudah. Banyak tantangan yang dihadapi di lapangan untuk bisa membuat lahan rawa menjadi produktif. 

Syahrul memaparkan, total luasan lahan food estate di Kalteng sebetulnya sudah mencapai 62 ribu hektare. Namun, Kementan mengkhususkan sebagian lahan untuk program intensifikasi atau peningkatan produktivitas. 

Mengutip data Kementan, program penanaman padi di food estate Kalimantan Tengah khusus untuk intensifikasi lahan selama 2021 seluas 14.135 hektare. Seluas 13 ribu hektare terdapat di Kabupaten Kapuas dan 1.135 hektare ada di Kabupaten Pulpis. 

Adapun saat ini, Syahrul mengeklaim rata-rata produktivitas padi di lahan tersebut sudah naik menjadi empat ton per hektare dari sebelumnya dua ton per hektare. Dengan tingkat produktivitas tersebut produksi padi yang diperoleh dalam program intensifikasi pada 2021 sebesar 47,7 ribu ton. 

Sebagai gambaran, rata-rata produktivitas padi di lahan Jawa sudah mencapai lebih dari enam ton per hektare. "Memberi pelajaran lahan rawa, bukan seperti di Jawa yang begitu ditanam tumbuh. Di sana membutuhkan varietas yang sedikit asing dan kalau datang hujan langung banjir itu yang kita hadapi di sana," ujar Syahrul.

Selain di Kalteng, Syahrul juga melaporkan capaian food estate di Jawa Tengah yakni di Kabupaten Temenggung dan Kabupaten Wonosobo khusus untuk cabai dan komoditas hortikultura lainnya.  "Perkembangan cukup baik hasilnya ternyata dari enam ton per hektare untuk cabai mencapai tujuh ton per hektare sekarang," ujarnya. 

Syahrul menyebut hasil cabai dari dua daerah itu berhasil menekan harga saat natal dan tahun baru 2023 lalu. Terutama untuk memenuhi pasokan di Jabotabek. "Kemarin inflasi Nataru saya dari sini dua-duanya pak untuk menutup Jabotabek dan ternyata tertutup harga, enggak naik," ujar Syahrul. 

Lebih detail Kabupaten Wonosobo memiliki lahan seluas 339,96 hektare. Adapun di Kabupaten Temanggung memiliki 349 hektare lahan. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement