Rabu 25 Jan 2023 12:11 WIB

Jokowi: Penanganan Stunting Jadi PR Besar Indonesia

Saat ini angka stunting menurun dari 37 persen di 2014 menjadi 21.6 persen pada 2022

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Gita Amanda
Presiden Joko Widodo (kanan) menyalami Menko PMK Muhadjir Effendy (keempat kiri), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (ketiga kiri), Kepala BKKBN Hasto Wardoyo (kedua kiri), dan Sekretaris Kabinat Pramono Anung (kiri) usai membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Jakarta, Rabu (25/1/2023). Rakernas BKKBN itu membahas tentang strategi pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana) serta program percepatan penurunan stunting 2023.
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (kanan) menyalami Menko PMK Muhadjir Effendy (keempat kiri), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (ketiga kiri), Kepala BKKBN Hasto Wardoyo (kedua kiri), dan Sekretaris Kabinat Pramono Anung (kiri) usai membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Jakarta, Rabu (25/1/2023). Rakernas BKKBN itu membahas tentang strategi pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana) serta program percepatan penurunan stunting 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, penanganan masalah stunting masih menjadi ‘PR’ yang harus segera diselesaikan pemerintah. Ia menyampaikan saat ini angka stunting telah menurun dari sebelumnya 37 persen di 2014 menjadi kini 21,6 persen di 2022.

Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka Rakernas Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana dan Penurunan Stunting, Jakarta, Rabu (25/1/2023). “Stunting di negara kita jadi PR yang sangat besar yang harus segera diselesaikan. Saya masuk di 2014 angkanya di 37 persen. Saya kaget. Dan tadi disampaikan dr Budi Sadikin. Saya kalau panggil pak Menkes dr Budi karena bukan dokter tapi jadi Menkes. Sudah disampaikan Pak Menkes di 2022 angkanya sudah turun jadi 21,6 persen. Ini kerja keras kita semuanya,” kata Jokowi.

Jokowi menyampaikan, stunting tidak hanya berdampak pada fisik anak-anak saja, namun juga bisa berpengaruh pada rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, maupun munculnya penyakit-penyakit kronis pada anak. Karena itu, pemerintah pun menargetkan angka stunting menurun hingga menjadi 14 persen di 2024.

“Saya yakin dengan kekuatan kita bersama semuanya bergerak, angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama-sama,” ujarnya.

Karena itu, Presiden pun meminta agar kementerian lembaga terkait untuk mengkonsolidasikan penanganan masalah stunting ini dengan baik. Ia menilai, penanganan masalah stunting di lapangan selama ini masih keliru. Sebab masih banyak yang memberikan makanan yang kurang bergizi kepada anak-anak.

“Jangan sampai keliru karena yang lalu-lalu saya lihat di lapangan dari K/L masih memberikan biskuit pada anak. Cari mudahnya saya tahu. Lelangnya gampang. Kalau telor, ikan kan gampang busuk, gampang rusak, cari mudahnya aja. Jangan dilakukan lagi. Kalau anaknya bayinya harus diberikan telur ya telur, ikan ya ikan,” kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, jumlah penduduk memang menjadi kekuatan bagi ekonomi negara. Namun demikian, ia menekankan pentingnya memiliki kualitas SDM yang baik.

“Jangan sampai bayi atau ibu hamil harus diberi protein, diberikan ikan, diberi telor saya lihat kemarin yang ramai bayi baru 7 bulan diberi kopi susu saset. Kopi susu sachet oleh ibunya,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement