Rabu 25 Jan 2023 13:28 WIB

Antisipasi Krisis Energi, Pemerintah Tingkatkan Bauran Energi Baru Terbarukan

Transisi energi merupakan upaya menjaga ketahanan energi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan pers usai memimpin Rapat Komite Cipta Kerja mengenai Rencana Pelaksanaan Program Kartu Prakerja Skema Normal Tahun 2023, Kamis (5/1/2023). Airlangga Hartarto mengatakan, transisi energi yang tengah dilakukan Indonesia menjadi salah satu upaya menjaga ketahanan energi dan mewujudkan ekonomi hijau di Indonesia.
Foto: Dok Republika
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan pers usai memimpin Rapat Komite Cipta Kerja mengenai Rencana Pelaksanaan Program Kartu Prakerja Skema Normal Tahun 2023, Kamis (5/1/2023). Airlangga Hartarto mengatakan, transisi energi yang tengah dilakukan Indonesia menjadi salah satu upaya menjaga ketahanan energi dan mewujudkan ekonomi hijau di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, transisi energi yang tengah dilakukan Indonesia menjadi salah satu upaya menjaga ketahanan energi dan mewujudkan ekonomi hijau di Indonesia. Dalam perhelatan Presidensi G20 tahun lalu, pemerintah juga telah menghasilkan sejumlah kerja sama pembiayaan dan investasi di sektor energi. 

Hal itu, lanjutnya, terlihat dari kerja sama Partnership for Global Infrastructure and Investment, Asia Zero Emission Community (AZEC), Just Energy Transition Partnership (JETP), dan Millennium Challenge Corporation (MCC) Compact. “Transisi energi menjadi upaya sekaligus komitmen Pemerintah mengantisipasi krisis energi ke depan dan pemerintah telah meningkatkan bauran sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025 hingga 31 persen pada 2030,” ujar Airlangga dalam siaran pers yang diterima Republika pada Rabu (25/1/2023).

Baca Juga

Ia pun menyampaikan, pemerintah terus mendorong berbagai kebijakan di sektor energi. Salah satunya biodiesel B35 yang akan diimplementasikan pada Februari mendatang.

Hingga pertengahan 2022, tercatat kapasitas pembangkit listrik EBT telah mencapai 2.576 megawatt atau meningkat sekitar lima persen per tahunnya dalam lima tahun terakhir. Upaya tersebut menurutnya, masih perlu diakselerasi bersamaan dengan upaya lain dalam transisi energi, seperti transisi PLTU menjadi PLT nonfosil.

Banyaknya danau dan laut di Indonesia juga menjadi keuntungan Indonesia dalam transisi energi berbasis hidro karena biaya pembebasan lahan di danau dan laut jauh lebih murah daripada membebaskan lahan di daratan. “Transisi kita yang paling immediate itu adalah penguatan teknologi,” tegas Airlangga.

Ia melanjutkan, kemandirian Indonesia di sektor energi bergantung pada ketergantungan energi pada sektor otomotif yakni BBM. “Selama BBM bisa kita konversikan sebagian melalui biodiesel dan yang lain kombinasi dengan electric vehicle. Tentu tujuan untuk kemandirian energi ini bisa dicapai,” tuturnya.

Airlangga juga menjelaskan, tantangan yang ada dalam upaya transisi energi merupakan tantangan bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Momentum Keketuaan Indonesia pada ASEAN tahun ini juga perlu dimanfaatkan agar bersama-sama mendorong berbagai peluang dalam sektor energi dalam penguatan ekonomi kawasan yang tumbuh cepat, inklusif, serta berkelanjutan.

Renewable energy ini akan berhasil kalau kita kerjakan secara gotong royong,” tegas dia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement