Rabu 25 Jan 2023 13:39 WIB

Maha Karya Rekind di Proyek Gas JTB Mulai Mengalir ke Petrokimia Gresik

Rencananya, PKG akan menyerap gas bumi sebesar 15-17 MMSCFD.

Red: Gita Amanda
Perjuangan dan pengorbanan yang disematkan PT Rekayasa Industri (Rekind) melalui kerja keras, inovasi, dan komitmen kuatnya di Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) mulai menuai hasil positif.
Foto: Pupuk Indonesia
Perjuangan dan pengorbanan yang disematkan PT Rekayasa Industri (Rekind) melalui kerja keras, inovasi, dan komitmen kuatnya di Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) mulai menuai hasil positif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjuangan dan pengorbanan yang disematkan PT Rekayasa Industri (Rekind) melalui kerja keras, inovasi, dan komitmen kuatnya di Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) mulai menuai hasil positif.

Salah satu maha karya Rekind dari kiprahnya selama 41 tahun membangun usaha di bidang EPC (Engineering, Procurement, dan Construction) itu, perlahan tapi pasti mulai bergerak menopang program pemerintah, khususnya dalam menunjang kekuatan di sektor ekonomi dan ketahanan pangan.  

Gambaran tersebut bisa dilihat ketika gas bumi dari Lapangan Unitisasi  JTB yang pengerjaannya murni dilakukan anak-anak bangsa melalui Rekind, sejak Senin (16/1/2023) mulai mengalir perdana ke PT Petrokimia Gresik (PKG), Jawa Timur, termasuk anak-anak usahanya.

Rencananya, PKG akan menyerap gas bumi sebesar 15-17 MMSCFD. Dalam penyaluran gas dari Lapangan JTB, aliran gas ini memanfaatkan Pipa Transmisi Gresik-Semarang yang dikelola oleh afiliasi Subholding Gas yaitu PT Pertamina Gas (Pertagas).

“Tentunya, gambaran ini memberikan rasa bangga tersendiri bagi kami keluarga besar Rekind yang berkontribusi aktif dalam membangun Proyek Pengembangan Gas Lapangan JTB,” tegas Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih, dalam siaran pers.  

Apalagi, lanjut wanita yang akrab disapa Yani ini, maha karya Rekind di Proyek Lapangan JTB yang terlahir melalui perjuangan dan pengorbanan besar itu, kini  mulai dirasakan kontribusinya, terutama dalam mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan Ketahanan Pangan yang tengah gencar digaungkan pemerintah.    

Selain kebanggan karena bisa  mendukung program pemerintah lewat kerja kerasnya, kebangaan ini juga didedikasikan Yani bagi perjuangan dan pengorbanan seluruh insan terbaik Rekind yang tidak kenal lelah mencurahkan kompetensi terbaiknya di proyek Lapangan Gas JTB milik PT Pertamina EP Cepu tersebut. Bahkan atas besarnya komitmen tersebut ada manpower Rekind yang gugur akibat pandemi Covid 19. Pandemi diakuinya juga berdampak besar bagi eksistensi perusahaan yang dipimpinnya, karena Rekind harus mengusung biaya akibat pandemi itu seorang diri.   

Meskipun demikian, Proyek Lapangan Gas JTB di tangan Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) itu mampu menorehkan prestasi yang muaranya berujung benefit untuk negara.

Di proyek Strategis Nasional ini, maha karya Rekind menjadi salah satu penghasil gas terbesar di Indonesia. Dari target  172 MMSCFD yang ditetapkan pemerintah, justru melalui kompetensi Rekind, JTB bisa menghasilkan sales gas sebesar 192 MMSCFD. Artinya, ada selisih tambahan keuntungan untuk negara sebesar 20 MMSCFD. Sedikit gambaran, 1 MMSCFD setara dengan kurang lebih 25 ribu liter BBM. Kalau 20 MMSCFD berarti ada sekitar 500 ribu liter per hari sebagai bentuk sumbangsih Rekind dalam meningkatkan pendapatan negara.

Tidak hanya itu, sejak dilakukan tender, Rekind mampu membuat harganya terkendali.  Dari  sisi Capital expenditure (Capex-pengeluaran)–nya lebih rendah dari beberapa proyek-proyek besar yang  dibangun di Indonesia baik dari proyek pupuk, hingga Migas. Proyek Pemurnian Gas ini mampu mengurangi Capex-nya sebesar USD200 juta dengan memenangkan konsorsium Rekind-JGC sebagai main contractor bersaing dengan konsorsium Chiyoda - WIKA.

Sebagai perbandingan, dalam pembangunan pabrik pupuk, Rekind juga mampu memberikan harga yang lebih murah dibandingkan dengan pesaingnya, seperti pada proyek Pusri IIB, dimana konsorsium Rekind-Toyo mampu menekan nilai proyek hingga 45 juta dolar AS dibandingkan dengan harga kompetitor. Di proyek ini Rekind bisa menghemat pengeluaran negara sebesar 69 juta dolar AS dibandingkan dengan harga penawaran competitor.

Selain menggandeng tenaga kerja lokal, di proyek JTB Rekind sudah menunjuk 268 Vendor lokal dengan nilai kontrak sebesar Rp 3,25 triliun. Di proyek ini  juga Rekind mampu menghasilkan nilai TKDN sebesar 40,69 persen, lebih tinggi dari komitmennya yangn hanya sebesar 40,03 persen.

“Melalui kompetensi, komitmen dan inovasi yang kami kembangkan, Rekind selalu siap mensupport penuh pemerintah guna mewujudkan harapan bagi peningkatan  pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan ketahanan energi dan ketahanan pangan bangsa. Rekind sangat konsisten dan fokus secara penuh agar bisa memberikan yang hasil terbaik dalam setiap penugasan yang diberikan. Semua pekerjaannya dilakukan dengan seksama secara maksimal dan profesional melalui penerapan inovasi yang dimiliki Rekind, mulai dari proses perancangan hingga membangun infrastruktur berteknologi serta memiliki tingkat kesulitan tinggi,” ujar Yani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement