Rabu 25 Jan 2023 14:35 WIB

Ahli Gizi Ingatkan Pencegahan Stunting Dilakukan Sejak 1.000 HPK

Ahli gizi menyebutkan pemberian ASI cukup sudah menjadi pencegahan stunting

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas kesehatan menimbang berat badan anak di Posyandu Mayang, Kelurahan Mrican, Kota Kediri.  Kekerdilan (stunting) masih banyak terjadi di Indonesia dan menjadi pekerjaan rumah. Pencegahan stunting diupayakan sejak 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu sejak bayi masih ada di kandungan.
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Petugas kesehatan menimbang berat badan anak di Posyandu Mayang, Kelurahan Mrican, Kota Kediri. Kekerdilan (stunting) masih banyak terjadi di Indonesia dan menjadi pekerjaan rumah. Pencegahan stunting diupayakan sejak 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu sejak bayi masih ada di kandungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerdilan (stunting) masih banyak terjadi di Indonesia dan menjadi pekerjaan rumah. Pencegahan stunting diupayakan sejak 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu sejak bayi masih ada di kandungan.

"Untuk pencegahan stunting, pemerintah atau Kementerian Kesehatan sudah mencanangkan beberapa yang harus kita cegah. Salah satunya dimulai dari 1.000 hari pertama kehidupan (HPK)," ujar Ahli Gizi dari Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Zuly Farhaendy, Rabu (25/1/2023).

Ia menjelaskan, saat perempuan sedang hamil dan kondisinya normal dan biasanya tidak ada efek samping mual dan muntah dengan nafsu makan yang baik maka seharusnya tidak membutuhkan susu hamil. Sebab, dia melanjutkan, asupan nutrisi sudah terpenuhi dari konsumsi makanan sehari-hari. 

Kendati demikian, ia mengakui ada ibu hamil yang mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan maka kondisi ini yang berbahaya karena janinnya nanti tidak berkembang. Sehingga boleh ditambahkan susu hamil untuk mencapai kebutuhan sehari-hari perempuan yang tengah mengandung. 

Menurutnya, ibu hamil boleh minum susu asalkan sesuai dengan kebutuhannya. Kemudian saat melahirkan bayinya dan menyusui, sang ibu bisa memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan pertama.

Ia menambahkan, bayi usia 6 bulan ke bawah cukup mendapatkan ASI karena mengandung zat gizi lengkap dan sempurna dan memiliki antibodi. Akhirnya pertumbuhan dan perkembangan anak bisa maksimal.

Artinya, ia menegaskan bayi usia 6 bulan ke bawah tidak membutuhkan makanan pendamping air susu ibu (MPASI), melainkan ASI. Ia menambahkan, kebutuhan bayi belum terlalu besar dan bisa dicukupi dari ASI saja.

"Ketika bayi mendapatkan asi eksklusif maka ini jadi pencegahan stunting," katanya.

Tak hanya itu, ibu dan orang tua juga diminta terapkan pola asuh yang ketat dan terapkan hygiene sanitasi yang baik karena sanitasi yang bersih juga menentukan kondisi bayi untuk bebas stunting.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement