REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kunjungan wisatawan ke Taman Satwa Cikembulan mulai bertumbuh seiring dengan meredanya pandemi Covid-19. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, kunjungan wisatawan ke tempat itu dalam sebulan bisa mencapai sekitar 12 ribu orang.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, mengapresiasi perkembangan yang ada di Taman Satwa Cikembulan. Apalagi, jumlah satwa di lembaga konservasi ex-situ yang terletak di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, itu telah banyak bertambah dibandingkan sebelumnya.
"Luar biasa jadi Garut punya kebun binatang yang sudah komplit," kata dia, dikutip Rabu (25/1/2023).
Helmi mengungkapkan, pengunjung Taman Satwa Cikembulan saat ini sudah mencapai 12 ribu per bulan atau sekitar 144 ribu dalam satu tahun. Menurut dia, jumlah kunjungan itu masih dapat terus meningkat. Apalagi, keneradaan Taman Satwa Cikembulan dinilai bukan sekadar sebagai tempat hiburan, melainkan juga tempat edukasi untuk masyarakat.
Akses Jalan Sempit
Kendati demikian, Helmi menilai, masih ada kendala yang terdapat di objek wisata tersebut. Salah satunya adalah masalah akses jalan menuju Taman Satwa Cikembulan. Menurut dia, kondisi jalanan menuju Taman Satwa Cikembulan yang sempit menyebabkan mobil-mobil berukuran besar sulit melintas.
"Kenapa saya bilang mobil-mobil besar? Karena ini kan anak-anak rombongan sekolah pakai bis, tidak bisa masuk dan memang ada akses terdekat dari jalan baru," kata dia.
Sementara itu, Manajer Operasional Taman Satwa Cikembulan, Rudi Arifin, mengakui bahwa akses menuju tempatnya itu masih belum diperbaiki. Jalanan masih cenderung sempit, sehingga menyulitkan wisatawan yang datang secara rombongan menggunakan bus.
"Kalau ramai, (kendaraan) berdesakan atau bersinggungan dengan masyarakat," kata saat dikonfirmasi Republika.co.id.
Ia mengatakan, kondisi jalan saat ini sebenarnya sudah baik. Namun, jalan itu relatif sempit. Ketika banyak pengunjung yang datang, sering kali terjadi kemacetan.
Ketika terjadi kemacetan, tak jarang pengunjung yang sudah niat datang justru putar balik. Alhasil, Taman Satwa Cikembulan kehilangan pengunjung.
Menurut Rudi, semula pihaknya telah memiliki rencana untuk membuka jalan baru sebagai akses wisatawan ke Taman Satwa Cikembulan. Namun, rencana itu urung terwujud lantaran terjadi pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 membuat kunjungan wisatawan ke Taman Satwa Cikembulan menjadi sepi. Alhasil, tabungan perusahaan yang ada dialokasikan untuk keberlangsungan hidup sekitar 430 satwa yang ada di tempat itu.
"Asalnya, kami ingin buka tanah sendiri, beli jalan sendiri. Namun karena pandemi, kondisi keuangan berantakan. Kami bisa bertahan saja alhamdulillah," ujar dia.
Karena itu, ia meminta Pemkab Garut untuk membantu dalam membuat akses jalan baru ke Taman Satwa Cikembulan. Keberadaan jalan baru itu dinilai dapat meningkatkan pengunjung ke kebun binatang itu, dan perekonomian masyarakat di Kecamatan Kadungora.
Menurut dia, keberadaan jalan baru adalah sesuatu yang penting. Selain akan meningkatkan wisatawan, di jalan baru itu juga bisa dibuat tempat istirahat pengunjung yang datang, yang bisa menjadi sumber pendapatan baru.
"Karenanya, kita coba lempar wacana ini ke Pemkab. Soalnya secara destinasi, nama Cikembulan sudah ada. Hanya perlu dukungan infrastruktur dari pemkab," kata Rudi.
Helmi mengaku telah menugaskan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut serta camat setempat untuk melakukan pengembangan wisata di lokasi itu. Pengembangan tidak hanya untuk Taman Satwa Cikembulan, melainkan juga wisata di wilayah Kecamatan Kadungora, Leles, dan sekitarnya.
"Supaya wisata utara supaya bisa berkembang. Ini harus dikembangkan karena nanti perputaran ekonomi di Garut ini bahkan dari luar Garut juga banyak yang ke sini, bandung tuh banyak yang datang ke sini," kata dia.