Rabu 25 Jan 2023 17:12 WIB

Ini Contoh Nyata Dampak Makin Cepatnya Laju Kenaikan Suhu Bumi

BMKG catat kejadian anomali cuaca semakin sering seiring kenaikan suhu bumi

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkap sejumlah contoh nyata dampak kenaikan suhu bumi yang semakin cepat. Menurut dia, kenaikan suhu bumi yang semakin cepat memengaruhi intensitas dan durasi terjadinya fenomena cuaca ekstrem.
Foto: istimewa
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkap sejumlah contoh nyata dampak kenaikan suhu bumi yang semakin cepat. Menurut dia, kenaikan suhu bumi yang semakin cepat memengaruhi intensitas dan durasi terjadinya fenomena cuaca ekstrem.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkap sejumlah contoh nyata dampak kenaikan suhu bumi yang semakin cepat. Menurut dia, kenaikan suhu bumi yang semakin cepat memengaruhi intensitas dan durasi terjadinya fenomena cuaca ekstrem.

"Ada beberapa hal yang dapat kita lihat di lapangan sebagai dampak kenaikan suhu ini. Contohnya BMKG ada data, tahun 1950-1970/80 dibandingkan dengan 1970/80 hingga sekarang itu kejadian ekstrem semakin sering terjadi," ungkap Dwikorita kepada Republika.co.id, Rabu (24/1/2023).

Baca Juga

Dalam periode tersebut dia mengambil contoh fenomena anomali iklim El Nino dan La Nina. Di mana, periode ulang terjadinya dua anomali iklim tersebut pada 1950-1980 berada di antara lima hingga tujuh tahun. Setelah tahun 1980, periode ulang terjadinya El Nino dan La Nina menjadi hanya sekitar dua hingga lima tahun saja.

"Setelah tahun 1980, kejadiannya itu bisa hanya kisaran dua sampai lima tahun. Padahal sebelumnya bisa sampai tujuh tahun lebih. Artinya, semakin sering fenomena anomali itu. Itu dampak yang paling mudah kita lihat," tutur Dwikorita.

Menurut Dwikorita, kejadian anomali iklim yang terjadi dapat berupa cuaca ekstrem basah maupun kering. Dengan peningkatan suhu bumi yang semakin cepat, intensitas cuaca ekstrem juga semakin meningkat. Dia mengambil contoh kasus curah hujan di Indonesia, di mana terjadi peningkatan signifikan dari sebelum 2020 ke periode setelahnya.

"Sebelum tahun 2020, curah hujan tertinggi tercatat tidak pernah melebihi 330 mm. Tapi di tahun 2020 bulan Januari, tepatnya 1 Januari, curah hujan tertinggi di wilayah DKI tercatat 377 mm. Padahal sebelumnya tidak pernah mencapai 300 ml. Itu kejadian ekstremnya cepat melompat," kata dia.

Dwikorita menerangkan, curah hujan 377 mm itu setara dengan hujan kurang lebih selama satu bulan di kondisi normal. Yang terjadi pada 2020 lalu curah hujan itu turun dalam beberapa jam saja atau hanya dalam kurun waktu 24 jam. Menurut dia, hal itu menunjukkan perubahan durasi terjadinya cuaca ekstrem yang diakibatkan oleh kenaikan suhu bumi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement