REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Keutamaan Rajab tidak lain karena dia menjadi salah satu dari empat bulan haram di dalam Islam. Ibadah di dalamnya amat besar pahalanya sebagaimana dosa yang juga besar nilainya.
Hal itu pun diterangkan Imam al- Qurthubi bahwa perbuatan dosa pada bulan haram hukumannya dilipatgandakan sebagaimana pahala amal saleh dilipatgandakan.
Karena itu, tobat menjadi awalan yang baik saat kita memasuki bulan haram menjelang Ramadhan.
Salah satunya bertobat dari dosa-dosa rahasia. Dosa di mana hanya kita dan Allah SWT yang mengetahuinya. Perilaku dosa saat tidak bersama dengan handai taulan dan beribadah da lam suasana ramai pernah diramalkan Rasulullah SAW.
عن ثوبان رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال " لأعلمن أقواماً من أمتي يأتون يوم القيامة بحسنات أمثال جبال تهامة بيضاً، فيجعلها الله عز وجل هباء منثوراً". قال ثوبان: يا رسول الله صفهم لنا، جلهم لنا، أن لا نكون منهم ونحن لا نعلم. قال: "أما إنهم إخوانكم ومن جلدتكم، ويأخذون من الليل كما تأخذون، ولكنهم أقوام إذا خلوا بمحارم الله انتهكوها"
Dalam hadits dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu di atas dikisahkan bahwa orang-orang itu menerjang apa yang diharamkan Allah SWT saat sedang bersepian.
“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar Gunung Tihamah yang putih. Kemudian, Allah menjadikannya debu beterbangan.
Tsauban bertanya, 'Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka dan jelaskanlah perihal mereka agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa disadari.' Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian, mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah).
Makna hadits Tsauban, yakni menerangkan sifat-sifat manusia. Di antara mereka, ada yang bermaksiat saat sendiri dan hatinya memang menentang Allah SWT.
Manusia lainnya bermaksiat saat sendiri karena dikalahkan syahwatnya. Padahal, seharusnya keimanannya mampu men cegah dirinya untuk bermaksiat.
Baca juga: Islam akan Jadi Agama Mayoritas di 13 Negara Eropa pada 2085, Ini Daftarnya
Namun, dalam beberapa kondisi, syahwatnya telah menguasainya dan membutakannya. Syahwat itu menjadikan pemiliknya buta dan tuli. Akhirnya, dia pun terjerembap dalam lembah dosa.
Dosa-dosa tersembunyi dilakukan seakan Allah SWT tak bisa mengetahui apa yang disembunyi kan. Sudah sejak lama seorang Muslim diajarkan bahwa Allah SWT lebih dekat daripada urat leher seseorang.
Dalam Asmaul Husna, Allah SWT pun memiliki sifat Mahamengetahui atau al- Khabir. Allah SWT merupakan Zat Pencipta yang lebih tahu apa yang diciptakan.
Allah SWT juga mengetahui mana yang khianat dan apa yang tersem bunyi dalam dada. Lantas, mengapa manusia masih melakukan dosa 'tersembunyi'?