Rabu 25 Jan 2023 18:14 WIB

BMKG Akui tak Mudah Tetapkan Prakiraan Cuaca di Indonesia, Ini Alasannya

Saat BMKG menetapkan prakiraan cuaca, masih ada 10 persen peluang meleset.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Qommarria Rostanti
Menetapkan prakiraan cuaca di Indonesia tidak mudah bagi BMKG karena adanya alasan tertentu. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Menetapkan prakiraan cuaca di Indonesia tidak mudah bagi BMKG karena adanya alasan tertentu. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Posisi dan kondisi geografis Indonesia dinilai menjadi tantangan tersendiri dalam memprakirakan cuaca. Apalagi, saat ini terjadi fenomena perubahan iklim yang membuat kepastian menjadi semakin tidak pasti.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan selain ada fenomena perubahan iklim yang membuat kepastian menjadi semakin tidak pasti, kondisi Indonesia sangat kompleks. "Dipengaruhi dua samudera, dua benua, dan kita (Indonesia-Red) ini kepulauan. Jadi faktor itulah yang mempersulit algoritma untuk memprediksi. Artinya dinamikanya itu sangat dinamis," ujar Dwikorita kepada Republika.co.id, Rabu (24/1/2023).

Baca Juga

Dalam melakukan prakiraan, BMKG dapat meningkatkan akurasi dari yang sebelumnya 80 persen sebelum 2015 menjadi 89-90 persen pada saat ini. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan negara-negara benua, yang tidak sekompleks Indonesia sebagai negara kepulauan.

"Angka 90 persen ini untuk suatu angka prakiraan cuaca tidak beda jauh dengan negara yang benua pun juga segitu angkanya. Apalagi dengan perubahan iklim ini. Jadi perubahan itu sangat cepat," kata dia.

Dari angka tersebut, masih ada 10 persen peluang meleset. Untuk mengantisipasinya, BMKG memperbaharui prakiraan yang sudah dilakukan sebelumnya. Contohnya, dalam prakiraan musim untuk enam bulanan, pihaknya memperbaharui data setiap 10 hari dalam enam bulan tersebut. Untuk cuaca diperbaharui setiap pekan, setiap tiga hari, hingga setiap hari, bahkan setiap jam.

"Dalam setiap hari itu setiap enam jam sampai setiap jam di-update. Jadi sering terjadi (perubahan). Ini juga kita belajar di negara maju mereka pun juga kesulitan. Jadi mereka setrateginya melakukan update prakiraan cuaca," kata dia.

Dia mengajak masyarakat lebih rajin dan sering mengecek perkembangan cuaca karena dapat berubah sewaktu-waktu. Selain memperbaharui perkembangan cuaca setiap hari dan jam, BMKG juga dapat memberikan peringatan dini. BMKG dapat mendeteksi tren suatu cuaca menjadi cuaca ekstrem dalam kurum waktu tiga jam sampai 30 menit sebelumnya.

"Itu strategi untuk memitigasi 10 persen potensi eror tadi. Ada update, ada peringatan dini," kata dia.

Dwikorita mengatakan, BMKG diberi mandat oleh undang-undang untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, terutama dari ancaman bahaya yang diakibatkan oleh cuaca, iklim, gempa, dan tsunami. Di samping itu, BMKG juga bertugas untuk memajukan kesejahteraan dengan memberikan prakiraan-prakiraan iklim dan cuaca.

"Karena dari memahami fenomena cuaca, iklim, itu kita bisa meningkatkan produktivitas pangan, panen, tangkapan ikan, juga untuk renewable engergy itu juga bisa. Jadi tugas kami memang di sana," kata Dwikorita.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement