Rabu 25 Jan 2023 18:22 WIB

Respons Pembakaran Alquran, Al-Azhar Mesir Serukan Boikot Produk Swedia dan Belanda

Pembakaran Alquran di Swedia menunjukkan buruknya Islamofobia

Rep: Alkhaledi Kurnialam, Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Para pengunjuk rasa mencoba membakar foto politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan di depan Konsulat Jenderal Swedia selama protes di Istanbul, Turki, 22 Januari 2023. Politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan diizinkan menggelar demonstrasi dan membakar mushaf Alquran di depan kedutaan Turki di Stockholm pada 21 Januari 2023.
Foto: EPA-EFE/SEDAT SUNA
Para pengunjuk rasa mencoba membakar foto politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan di depan Konsulat Jenderal Swedia selama protes di Istanbul, Turki, 22 Januari 2023. Politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan diizinkan menggelar demonstrasi dan membakar mushaf Alquran di depan kedutaan Turki di Stockholm pada 21 Januari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO–Lembaga Islam tertua di dunia, Al-Azhar Mesir menyerukan kepada masyarakat Arab dan Islam memboikot semua jenis produk Belanda dan Swedia. Seruan ini keluar sebagai respons atas penistaan berupa pembakaran dan perusakkan Alquran yang terjadi di dua negara itu baru-baru ini.

Dunia Islam diimbau mengambil sikap yang kuat dan bersatu dalam mendukung Kitab Allah SWT dan Kitab suci umat Islam. 

Baca Juga

Tindakan ini disebut langkah yang tepat sebagai tanggapan terhadap pemerintah di kedua negara yang melakukan pelecehan terhadap satu setengah miliar Muslim.

Dilansir dari Elbalad, Rabu (25/1/2023), kedua negara ini disebut sangat gigih dalam melindungi kejahatan keji dan biadab para pelaku penistaan. Mereka melindungi pelaku dengan alasan tidak manusiawi dan tidak bermoral yang mereka sebut kebebasan berekspresi.

"Al-Azhar menekankan perlunya masyarakat Arab dan Islam untuk melakukan boikot ini, dan untuk menunjukkan kepada anak-anak mereka, pemuda dan wanita bahwa setiap keengganan atau kelalaian dalam hal ini merupakan kegagalan eksplisit untuk mendukung agama Allah yang telah diridhai atas mereka," jelas pernyataan itu.

"Dan bahwa orang-orang yang menyimpang ini tidak akan menyadari nilai agama ini, yang tidak mereka ketahui. Mereka memprovokasi umat Islam dengan menghinanya, kecuali jika mereka berhadapan langsung dengan kebutuhan materialisme, uang dan ekonomi yang mereka tidak mengerti bahasa selain bahasa tersebut," tambahnya.

"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai," kutip pernyataan itu yang mengambil dari Surat Ar-Rum ayat 7.

Baca juga: Islam akan Jadi Agama Mayoritas di 13 Negara Eropa pada 2085, Ini Daftarnya 

Sementara itu, di lokasi terpisah, Perdana Menteri Swiss, Ulf Kristersson, mengunggah sebuah tulisan di Twitter terkait aksi itu, pada Sabtu (21/1/2023). Dia menyebut kebebasan berekspresi adalah bagian mendasar dari demokrasi.

"Tapi, apa yang legal belum tentu sesuai. Membakar buku-buku suci bagi banyak orang adalah tindakan yang sangat tidak sopan. Saya ingin mengungkapkan simpati saya untuk semua Muslim yang tersinggung dengan apa yang terjadi di Stockholm hari ini," lanjut dia.

Rasmus Paludan, pemimpin partai sayap kanan Stram Kurs (Garis Keras), membakar Alquran di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm. Aksi ini terjadi di bawah perlindungan polisi dan dengan izin dari pemerintah Swedia.

Atas tindakannya tersebut, hal ini pun mengakibatkan gelombang kecaman dari seluruh penjuru dunia Arab dan Islam.      

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement