REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) meminta pemerintah Swedia mengutuk aksi pembakaran kitab suci umat Islam, Alquran. Kejadian tersebut berlaku belum lama ini, di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm.
"Meskipun CAIR tidak menganggap pemerintah Swedia bertanggung jawab atas tindakan kebencian ini, pernyataan Perdana Menteri (Ulf) Kristersson tidak secara jelas menyampaikan pemerintah Swedia dengan tegas menolak Islamofobia, sebagai bentuk kebencian dan kefanatikan,” ujar CAIR dikutip di Anadolu Agency, Rabu (25/1/2023).
Pernyataan tersebut disampaikan kelompok organisasi hak dan advokasi sipil Muslim ini dalam sebuah surat, yang dikirim ke Duta Besar Swedia untuk AS, Karin Olofsdotter.
Lebih lanjut, mereka menyanpaikan insiden pembakaran Alquran ini bukanlah tindakan Islamofobia yang terisolasi di Swedia.
CAIR dan komunitas Muslim Amerika, serta mereka yang peduli dengan kebebasan beragama secara global, disebut sangat prihatin dengan meningkatnya jumlah laporan media, akademik dan pemerintah. Terdapat laporan yang menybut Islamofobia, insiden bias anti-Muslim, serta kejahatan rasial di Swedia terus meningkat.
Perdana Menteri Swiss, Kristersson, mengunggah sebuah tulisan di //Twitter// terkait aksi itu, pada Sabtu (21/1/2023). Dia menyebut kebebasan berekspresi adalah bagian mendasar dari demokrasi.
"Tapi, apa yang legal belum tentu sesuai. Membakar buku-buku suci bagi banyak orang adalah tindakan yang sangat tidak sopan. Saya ingin mengungkapkan simpati saya untuk semua Muslim yang tersinggung dengan apa yang terjadi di Stockholm hari ini," lanjut dia.
Rasmus Paludan, pemimpin partai sayap kanan Stram Kurs (Garis Keras), membakar Alquran di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm. Aksi ini terjadi di bawah perlindungan polisi dan dengan izin dari pemerintah Swedia.
Atas tindakannya tersebut, hal ini pun mengakibatkan gelombang kecaman dari seluruh penjuru dunia Arab dan Islam.
Sumber: anadolu