REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Selasa (24/1/2023) menolak klaim Rusia bahwa Ukraina menyimpan senjata di pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina.
"Pagi ini, saya menginstruksikan tim saya untuk membahas tinjauan komprehensif fasilitas dan bekerja sama dengan badan Ukraina dari fasilitas ini untuk memastikan apakah sebenarnya ada peralatan militer yang disimpan atau ditempatkan atau dipindahkan ke sana. Dan tentu saja, hasil inspeksi tersebut negatif,” kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi dalam pidatonya di sesi Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Eropa.
Dia juga mengulangi kekhawatiran tentang situasi keamanan di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang saat ini berada di bawah kendali Rusia, karena perang yang sedang berlangsung di dekat pembangkit listrik tersebut.
Grossi mengatakan IAEA adalah satu-satunya lembaga yang dapat mencegah kecelakaan nuklir di pabrik itu dan meminta Parlemen Eropa untuk memberikan dukungan politik kepada badan tersebut. Menyinggung soal pembicaraan kesepakatan nuklir dengan Iran, dia mengatakan prospek untuk mencapai kesepakatan tampaknya redup.
Grossi mengatakan mereka belum menerima informasi apa pun dari Teheran tentang program nuklirnya selama sekitar satu tahun. Pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran pada 2015 dengan kekuatan dunia telah terhenti sejak Agustus karena ketidaksepakatan, termasuk penyelidikan oleh pengawas nuklir PBB ke situs nuklir yang tidak diumumkan.
Di bawah perjanjian nuklir 2015, Iran diizinkan untuk memperkaya uranium hanya hingga kemurnian 3,67 persen. Ambang batas dilanggar oleh Teheran secara bertahap setelah Amerika Serikat (AS) keluar dari kesepakatan tersebut pada Mei 2018.