REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Gizi dr Marya Haryono, MGizi, SpGK, FINEM, menyebutkan bahwa Indonesia bebas stunting bisa tercapai apabila kebutuhan nutrisi adekuat anak-anak pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) mereka terpenuhi. Namun, untuk mewujudkan hal ini butuh peran semua pihak, termasuk orangtua.
"Nutrisi yang adekuat artinya harus memenuhi seluruh unsur nutrisi, termasuk protein. Jika pemenuhan energi seseorang cukup tetapi jumlah protein tidak memadai, tentu akan mengganggu pembentukan sel-sel yang sehat," kata Marya saat dijumpai di Jakarta Pusat, Rabu (25/1/2023).
"Demikian pula bila terjadi defisiensi unsur nutrisi lain. Makanan sumber protein akan menyediakan asam amino bagi tubuh kita," tambahnya.
Protein dari makanan sehari-hari dapat berasal dari sumber hewani dan nabati. Marya menjelaskan bahwa contoh sumber protein hewani misalnya putih telur, ikan, ayam, daging merah, hingga susu. Sedangkan sumber nabati di antaranya tahu, tempe, maupun kacang-kacangan.
"Protein hewani membantu pembentukan otot, menjaga massa otot, lebih mudah dicerna. Walaupun demikian, beberapa protein nabati dari soy (kedelai) juga mudah dicerna seperti protein hewani. Tentunya pemenuhan sumber protein ini tetap sesuai dengan kebutuhan gizi tubuh seseorang agar mencapai kesehatan yang optimal terutama buat anak untuk pertumbuhan dan perkembangan," terang Marya.
Lebih lanjut, Marya menjelaskan bahwa salah satu alternatif asupan protein untuk anak adalah susu. Lebih baik apabila susu yang diberikan adalah susu yang bernutrisi.
Akan tetapi, jika anak mengalami alergi susu sapi, orangtua dapat mencari alternatif mencarikan susu yang memiliki bahan dengan kandungan protein yang hampir mirip dengan susu sapi. Kandungan tersebut biasanya bisa didapatkan dari susu kedelai.
"Alternatifnya berarti mencari pengganti yang bukan dari susu sapi atau turunannya. Kalau sudah bisa makan, susu bisa hanya pendamping. Tapi kalau butuh susu, carikan jenis yang cair tapi nutrisinya juga padat. Biasanya sih penggantinya dari susu kacang," ujar Marya.
"Yang mirip-mirip proteinnya, kualitasnya mirip seperti hewani itu dari kacang kedelai. Jadi, asalkan kombinasinya pas. Tidak ada yang dominan, makannya bervariasi, semuanya bagus. Tapi dari sifat proteinnya, biasanya yang hewani ini memang menyumbangkan asam amino yang esensial," tutup Marya.