REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Citra Institute, Yusak Farchan menilai deklarasi sekber PKB dan Gerindra dapat diartikan macetnya komunikasi mereka dengan PDIP. Yusak memandang hal tersebut menjadi peluang bagi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) untuk merangkul PDIP.
"Jika PDIP dan KIB bergabung mengusung Ganjar, tentu ini akan menjadi koalisi yang kuat dan solid. Koalisi keduanya bakal mungkin di bawah restu Presiden Joko Widodo," kata Yusak dalam keterangan tertulis, Rabu (25/1/2023).
Ia menjelaskan profil KIB dari awal memang sudah terkunci menjadi koalisi 'penerus' pemerintahan Pak Jokowi. Artinya, KIB akan cenderung mengikuti ke mana arah politik Jokowi.
"Sejauh ini kan memang Ganjar yang mendapat prioritas endorsement dari Jokowi," ucapnya.
Karena itu menurutnya jika PDIP mengajukan Ganjar sebagai Capres, maka peluang berkoalisi dengan KIB sangat besar. Agar tidak ketinggalan kereta, menurutnya lebih bagus jika KIB segera menetapkan capres-cawapresnya.
"Lalu, KIB harus agresif lagi membangun komunikasi politiknya terutama dengan PDIP," tuturnya.
Ia menambakan KIB yang terbentuk paling awal diharapkan tetap dan menjaga soliditasnya. Hal tersebut lantaran KIB sudah memiliki suara yang cukup untuk maju. Tinggal bagaimana menjaga kekompakan KIB.
"Modal dasar KIB kan sudah 25,8 persen kursi, terbesar kedua di antara poros-poros koalisi yang sejauh ini terbentuk. Jadi harus terjaga soliditasnya," ujar Yusak.