Kamis 26 Jan 2023 12:16 WIB

Pemerintah Korsel Berjanji Dukung Eksportir di Tengah Penyusutan Ekonomi

Korsel mengalami kontraksi ekonomi pertamanya dalam 2,5 tahun.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Berbagai menu makanan Korea. Pemerintah Korea Selatan (Korsel) berjanji untuk mendukung eksportir. Janji itu disampaikan saat Korsel mengalami kontraksi ekonomi pertamanya dalam 2,5 tahun karena krisis di ekspor dan potensi resesi.
Foto: Facebook
Berbagai menu makanan Korea. Pemerintah Korea Selatan (Korsel) berjanji untuk mendukung eksportir. Janji itu disampaikan saat Korsel mengalami kontraksi ekonomi pertamanya dalam 2,5 tahun karena krisis di ekspor dan potensi resesi.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Korea Selatan (Korsel) berjanji mendukung eksportir. Janji itu disampaikan saat Korsel mengalami kontraksi ekonomi pertamanya dalam 2,5 tahun karena krisis di ekspor dan potensi resesi.

Seperti negara-negara lainnya pemerintah Korsel juga mengecilkan dampak perlambatan ekonomi dan mengatakan pertumbuhan pada kuartal ini "memungkinkan." Menteri Keuangan Korsel  Choo Kyung-ho berjanji mendukung eksportir dengan keringanan pajak dan bantuan pemerintah.

Bank sentral memperkirakan, pada periode Oktober sampai Desember Produk Domestik Bruto (PDB) akan menyusut 0,4 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Ekonom memprediksi akan menyusut 0,3 persen.

"Pemerintah akan fokus pada kebijakan sumber daya untuk mengaktifkan kembali ekspor dan investasi, seperti mendorong upaya deregulasi dan menawarkan bantuan pajak dan keuangan," kata Choo dalam rapat terbuka pejabat pemerintah, Rabu (25/1/2023).

Berdasarkan perkiraan bank sentral, penurunan PDB pertama  sejak kuartal kedua dipicu penurunan ekspor 5,8 persen dan konsumsi swasta 0,4 persen. Pengeluaran pemerintah naik 3,2 persen.

Terdapat tanda-tanda pelemahan berlanjut pada kuartal pertama tahun ini. Kemorosotan pasar properti semakin dalam dan kerja ekspor per hari 8,8 persen lebih rendah dibanding 1 sampai 20 Januari tahun sebelumnya.

Ekonom biasanya mendefinisikan resesi sebagai kontraksi ekonomi dua kuartal atau lebih berturut-turut. Bila akhirnya PDB pada kuartal pertama tahun ini resmi dilaporkan turun maka resesi Korsel akan dianggap dimulai hampir empat bulan yang lalu.

Resesi terakhir terjadi pada paruh pertama 2020. Pada 13 Januari Gubernur Bank of Korea Rhee Chang-yong mengatakan, masih terlalu dini menilai apakah Korsel terjerembap dalam resesi.

"Kami berada di garis batas dan harus melihat lebih banyak data untuk memberikan detail pada Februari," katanya saat itu.

Pasar bungkam terhadap data PDB sebab mendekati perkiraan sebelumnya. Namun menegaskan pandangan pasar kenaikan suku bunga bank sentral pada 13 Januari mengakhir siklus pengetatan moneter. Bank of Korea akhirnya mulai memangkas suku bunga tahun ini.

"Dampak dari dibukanya kembali China (dari peraturan ketat Covid-19) akan membantu tapi ekspor tidak akan segera kembali karena pelemahan di ekonomi besar lainnya," kata ekonom DB Financial Investment Park Sang-woo.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement