Kasus Baru HIV/AIDS di DIY Capai Ratusan, Terbanyak Akibat Perilaku Free Sex
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
HIV/AIDS (Ilustrasi) | Foto: Flickr
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) DIY, Riswanto, menuturkan penambahan kasus baru HIV/AIDS di DIY mencapai rata-rata 500 kasus per tahun. Kasus HIV/AIDS ini masih terkonsentrasi pada populasi kunci yang melakukan perilaku berisiko.
"Per tahun rata-rata 500 (kasus baru yang ditemukan), bahkan (ada yang pernah) sampai seribu kasus baru di DIY," kata dia, kepada Republika.
Dikatakan, kasus HIV/AIDS secara kumulatif hingga 2022 di DIY mencapai 6.377 kasus. Adapun populasi kunci yang melakukan perilaku berisiko, seperti berganti pasangan dan bertukar jarum suntik.
Kelompok populasi kunci terdiri dari waria, lelaki seks dengan lelaki (LSL), wanita pekerja seks (WPS), dan pengguna napza suntik (penasun). "Populasi kunci yang rawan menularkan HIV/AIDS," tambahnya.
Ia menyebut, sebagian besar penderita HIV/AIDS ini berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan, berdasarkan kelompok umur, kasus HIV terbanyak di umur 20-29 tahun dan disusul umur 30-39 tahun
"Setelah itu umur 40-49 tahun, disusul 50-59 tahun, dan ada juga penularannya ke anak muda usia 19 tahun ke bawah. Untuk pelajar dan mahasiswa, ditemukan hampir 500 kasus HIV/AIDS di DIY," ujarnya lagi.
Sementara itu, berdasarkan faktor risiko, heteroseksual justru paling banyak menjadi penyebab kasus HIV/AIDS di DIY berdasarkan data KPA DIY. Setidaknya, kata Riswanto, 53 persen dari kasus yang tercatat penyebabnya dari heteroseksual.
"Kasus HIV/AIDS ini lebih banyaknya karena free sex," jelasnya. Penyebab kasus HIV/AIDS selanjutnya di DIY juga dari homoseksual yang mencapai 19 persen.
Selain itu, suntikan narkotika juga menyumbang kasus HIV AIDS di DIY cukup tinggi yakni lima persen. "Tidak diketahui penyebabnya ada 19 persen, biseksual dua persen, perinatal dua persen, transfusi darah 0,49 persen, neonatal 0,1 persen, dan needle injury 0,19 persen," kata Riswanto.