Kasus HIV/AIDS Tinggi, DIY Aktif Lakukan Screening
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
HIV/AIDS (ilustrasi) | Foto: ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/hp.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Komisi Perlindungan Aids (KPA) DIY menyebut, deteksi atau penemuan kasus HIV/AIDS dilakukan secara aktif melalui screening. Screening ini juga dilakukan untuk penanganan dan penanggulangan kasus HIV/AIDS di DIY.
Screening dilakukan mengingat tingginya kasus HIV/AIDS yang tercatat oleh KPA DIY. Setidaknya, kasus baru yang muncul per tahunnya di DIY mencapai rata-rata 500 kasus, dengan kasus kumulatif hingga 2022 sebanyak 6.377 kasus.
"Penemuan kasus secara aktif dengan screening dilakukan," kata Sekretaris KPA DIY, Riswanto kepada Republika belum lama ini.
Sasaran screening dilakukan utamanya kepada populasi kunci, yakni mereka yang rawan menularkan HIV/AIDS. Seperti waria, lelaki seks dengan lelaki (LSL), wanita pekerja seks (WPS), dan pengguna napza suntik (penasun).
"Sasarannya misalnya kita screening di kecamatan A di desa B, di sana itu ada orang yang sekarang HIV/AIDS. Lantas kita mengedukasi mereka, maka layanan screening ini kita mengadakan di daerah itu untuk mendeteksi kemungkinan kasus (baru) lainnya," ujar Riswanto.
Jika ditemukan kasus positif HIV/AIDS saat screening, maka akan langsung ditangani. Riswanto pun menyebut bahwa seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di DIY sudah bisa melayani kasus HIV/AIDS.
"Mereka (yang positif) kita titipkan (di fasyankes), mereka akan langsung ditangani dan obatnya gratis," lanjutnya.
Tidak hanya itu, edukasi terkait HIV/AIDS ini juga dilakukan dengan sasaran utama yang juga kepada populasi kunci. Termasuk ke masyarakat, mengingat masih adanya stigma negatif terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Kasus HIV/AIDS ini sama halnya dengan fenomena gunung es, karena masih banyak kasus yang belum terdeteksi. Stigma negatif masyarakat terhadap ODHA juga menjadikan banyak kasus HIV/AIDS tidak terdeteksi, sebab banyak yang tidak melaporkan.
Dalam penanggulangan HIV/AIDS ini, pihaknya juga berpegang pada three zero HIV/AIDS 2030. Yakni zero infeksi baru HIV, zero kematian terkait HIV/AIDS, dan zero stigma-diskriminasi.
"Masih ada stigma di masyarakat. Target ending AIDS, kita targetkan tidak boleh ada diskriminasi dengan upaya-upaya yang kita lakukan. Selama masih ada HIV/AIDS, maka masih ada stigma, maka harus zero HIV/AIDS baru agar tidak ada stigma," kata Riswanto.