REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Rusia menembakkan lebih banyak rudal dan drone yang dapat meledak sendiri di hampir selusin provinsi Ukraina pada Kamis (26/1/2023) pagi. Serangan terbaru ini menyebabkan 11 korban jiwa dan luka-luka.
Juru bicara Layanan Darurat Negara Ukraina Oleksandr Khorunzhyi mengatakan, bahwa selain korban meninggal dunia, setidaknya 11 orang terluka. Wali Kota Kiev Vitali Klitschko mengatakan, satu orang tewas dalam serangan itu, kematian pertama di kota itu sejak Malam Tahun Baru, sedangkan dua lainnya terluka. Kepala pemerintahan kota Kiev Serhii Popko mengatakan, pertahanan udara Ukraina menembak jatuh 15 rudal jelajah yang menuju ke daerah tersebut.
Kantor kejaksaan regional di provinsi Zaporizhzhia Ukraina mengatakan, tiga orang meninggal dan tujuh lainnya luka-luka dalam serangan di sebuah fasilitas energi. Komandan angkatan bersenjata Ukraina Valerii Zaluzhnyi mengatakan, serangan itu melibatkan total 55 rudal, 47 di antaranya dapat dicegat.
Drone yang meledak sendiri menyapu semalaman sebelum rudal menyerang. Saat sirene serangan udara bergema di seluruh negeri, warga sipil, beberapa menarik anjing peliharaan dengan tali, membanjiri stasiun kereta bawah tanah, tempat parkir bawah tanah, dan ruang bawah tanah untuk mencari perlindungan. Serangan terbaru itu adalah rentetan senjata Rusia pertama di seluruh negeri sejak 14 Januari.
Menteri Energi Ukraina Herman Halushchenko mengakui bahwa beberapa lokasi terkena dampak, mengakibatkan pemadaman listrik darurat. Namun, serangan itu tidak mencapai sasaran yang dimaksudkan, yaitu sebuah pembangkit listrik distrik terdekat.
Serangan tersebut mengikuti pola baru-baru Rusia yang menyerang pembangkit listrik dan infrastruktur penting lainnya setiap dua minggu. Namun, serangan terbaru terjadi setelah Jerman dan Amerika Serikat (AS) menjanjikan pengiriman tank tempur berteknologi tinggi ke Ukraina dan memberi lampu hijau kepada sekutu lain untuk melakukan hal yang sama.
Jerman mengatakan akan memasok 14 tank tempur Leopard 2 berteknologi tinggi ke Ukraina dan mengizinkan negara-negara Eropa lainnya untuk mengirim hingga 88 tank lagi. AS berencana untuk mengirimkan 31 tank Abrams M1 ke pasukan Ukraina.
Bersama dengan Jerman dan AS, Inggris, Polandia, Belanda, dan Swedia termasuk di antara negara-negara yang telah mengirim atau mengumumkan rencana untuk memasok ratusan tank dan kendaraan lapis baja berat. Veteran Angkatan Darat AS dan sejarawan senior di lembaga think tank Rand Gian Gentile mengatakan, M1 Abrams dan Leopard akan memberikan Ukraina sebuah kekuatan melawan lapis baja mekanis.
Selain pasokan armada tempur, pemerintah Inggris akan mulai melatih pasukan Ukraina tentang cara menggunakan dan memperbaiki tank Challenger 2 pekan depan. Inggris memberikan 14 tank kepada pasukan Ukraina dan Menteri Pertahanan Alex Chalk mengatakan mereka akan tiba di Ukraina pada akhir Maret.