Jumat 27 Jan 2023 08:40 WIB

Menlu Prancis Kunjungi Odesa

Kunjungan ini sebagai bagian dari upaya Prancis untuk meningkatkan hubungan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna tiba di Odesa, kota pelabuhan strategis di pantai Laut Hitam Ukraina, pada Kamis (26/1/2023).
Foto: AP Photo/Burhan Ozbilici
Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna tiba di Odesa, kota pelabuhan strategis di pantai Laut Hitam Ukraina, pada Kamis (26/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, ODESA -- Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna tiba di Odesa, kota pelabuhan strategis di pantai Laut Hitam Ukraina, pada Kamis (26/1/2023). Kunjungan ini sebagai bagian dari upaya Prancis untuk meningkatkan hubungannya dengan Ukraina dan mendiskusikan kebutuhannya dalam beberapa bulan mendatang.

Colonna berada di Odesa setelah serangan rudal menghantam fasilitas infrastruktur listrik penting di wilayah sekitarnya. Serangan terbaru Rusia ini menyebabkan pemadaman listrik di kota. Dia pun akan mengunjungi salah satu situs yang rusak.

"Sudah setahun sejak Rusia meluncurkan perang ini melakukan kekejaman dan kejahatan. Apa yang kita lihat pagi ini dengan serangan terhadap infrastruktur Ukraina bukanlah perang, itu kejahatan perang," kata Colonna kepada televisi TFI di Odesa.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengirim pesan ke Rusia di tengah ketakutan Barat bahwa Rusia mungkin masih ingin melancarkan serangan ke kota itu untuk mencabut Ukraina dari sambungan ke maritim utamanya untuk produk biji-bijian. "Jika tujuan Rusia benar-benar untuk menghilangkan Ukraina dari semua akses ke laut, suatu hari dia harus pergi sejauh Odesa, mengetahui bahwa Odesa, terlebih lagi, adalah pintu gerbang untuk mengacaukan lebih banyak wilayah Moldova, Rumania, dan Eropa sebagai keseluruhan," kata seorang sumber diplomatik Prancis menjelang kunjungan tersebut.

“Idenya adalah untuk menunjukkan bahwa Odesa bukan hanya kota Ukraina, tetapi kota yang ditetapkan sebagai Warisan Dunia,” katanya.

Sebagai bagian dari perjalanan itu, Colonna akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba. Keduanya akan  membahas bantuan kemanusiaan dan militer.

Diskusi kemungkinan akan mencakup pertanyaan apakah Prancis siap untuk memasok tank tempur utama Leclerc setelah Amerika Serikat (AS) dan Jerman berkomitmen untuk mengirim tank. Tindakan kedua negara itu membuka pintu bagi sekutu lain untuk melakukannya, termasuk Prancis.

Prancis sejauh ini telah setuju untuk mengirim kendaraan tempur lapis baja AMX-10 RC, tetapi berhenti berkomitmen untuk mengirim Leclerc. Paris berpendapat bahwa, tidak seperti Leopard Jerman yang ada di seluruh Eropa dengan ketersediaan sebanyak 2.000, hanya ada sekitar 200 Leclerc yang bisa digunakan. Armada itu juga tidak lagi diproduksi.

Sumber-sumber Prancis mengatakan, Leclerc sangat membutuhkan pemeliharaan sehingga sulit untuk membuat rantai logistik di Ukraina. Terlebih lagi Paris hanya akan mampu menyediakan sejumlah kecil, membuat nilainya di lapangan terbatas. Pemerintah mengatakan, sedang mempelajari permintaan itu dan akan segera membuat keputusan.

"Saya tidak mengatakan itu tidak akan terjadi, tapi saya tidak berpikir itu akan membuat perbedaan besar," kata diplomat itu, menambahkan bahwa Kiev telah menjelaskan kepada Paris bahwa prioritasnya adalah pertahanan udara dan sistem radar, serta amunisi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement