REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT - Palestina mengakhiri koordinasi keamanan dengan Israel di Tepi Barat yang diduduki, Kamis (26/1/2023) waktu setempat. Hal ini diumumkan Presiden Palestina Mahmoud Abbas setelah pembantaian Israel di kamp pengungsi Jenin yang menewaskan 10 orang.
"Mengingat agresi berulang terhadap rakyat kami, dan merusak perjanjian yang ditandatangani, termasuk keamanan, kami menganggap koordinasi keamanan dengan pemerintah pendudukan Israel tidak lagi ada sampai sekarang,” kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan Abbas setelah pertemuan kepemimpinan Palestina seperti dikutip laman Al Arabiya, Jumat (27/1/2023).
Pejabat kesehatan Palestina mengatakan, kekerasan terjadi dalam operasi berdarah di kamp pengungsi Jenin. Jenin menjadi sebuah kantong milisi di Tepi Barat yang menjadi fokus penyerbuan Israel selama hampir satu tahun terakhir.
Pertempuran terjadi beberapa pekan setelah pemerintahan ultrakanan Israel berjanji mengambil sikap keras terhadap Palestina dan memperluas pembangunan permukiman ilegal di daerah yang diharapkan menjadi bagian negara Palestina di masa depan. Kekerasan juga terjadi beberapa hari sebelum Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tiba di kawasan untuk mendorong perbaikan kehidupan masyarakat Palestina.
Serangan yang terjadi Kamis (26/1/2023) waktu setempat, menewaskan 10 orang. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sembilan warga Palestina yang tewas berada di kamp pengungsi Jenin. Mereka dibunuh pasukan Israel saat menggerebek daerah tersebut. Warga Palestina lainnya, yaitu seorang pria berusia 22 tahun, ditembak oleh pasukan Israel di kota al-Ram, sebelah utara Yerusalem.