REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir berperan sebagai pemersatu semua pihak yang bergerak pada Pemilu 2024. Figurnya akan membawa gerbong mesin politik bersinergi menuju pemenangan dalam kontestasi politik tersebut.
“Ia (Erick Thohir) menjadi jalan tengah atau titik pemersatu bagi koalisi partai politik saat ini,” ujar Pengamat Politik Amir Faisal dalam keterangannya pada Jumat (27/1/2023)
Erick memainkan peranan strategis sebagai tokoh yang digadang masyarakat menjadi calon wakil presiden (cawapres) pemersatu koalisi dalam pemilu tahun depan. Meski dia bukan kader partai politik, pria yang berhasil membesarkan Intermilan itu adalah katalisator yang mempercepat berjalannya program pemerintahan Joko Widodo.
Elektabilitas, jaringan, dan berbagai sumber daya yang dimilinya, dinilai sangat memadai untuk terjun dalam debut pemilu 2024. Dia dinilai memiliki kekuatan lengkap untuk menjadi cawapres.
Seperti diketahui, elektabilitas Erick Thohir menjadi yang teratas sebagai cawapres di pilpres 2024. Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) mengungkapkan Eks Presiden Inter Milan ini memiliki elektabilitas tertinggi dibandingkan dengan nama-nama lain yakni di angka 19,2 persen.
Dari sisi keterwakilan kelompok, Erick Thohir mewakili pemimpin luar Jawa dan disebut mendapatkan dukungan dari organisasi Islam terbesar di dunia dan Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU). Sedangkan rekam jejaknya sudah terbukti mampu menyelamatkan negara dan bangsa Indonesia dari pandemi Covid-19 dengan mendatangkan jutaan vaksin.
Demikian juga dengan menggerakkan ekonomi masyarakat dengan menggalakkan program KUR, Mekaar dan Makmur. Erick Thohir juga pemimpin yang berhasil membawa harum nama BUMN dengan meningkatkan kontribusi kepada negara sebesar Rp 68 triliun dalam tiga tahun terakhir serta secara konsisten meningkatkan laba.
Laba Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir konsisten meningkat dari Rp 13 triliun di tahun 2020 menjadi Rp 124,7 pada 2021. Sedangkan di triwulan III, laba kembali meningkat menjadi Rp 155 triliun.
“Sudah menjadi kelaziman politik di republik ini bahwa sosok cawapres cenderung dilihat dari sejauh mana kekuatannya dari sisi elektabilitas, keterwakilan gologan wilayah serta prestasi dan rekam jejaknya. Sedangkan Erick Thohir telah berada di posisi itu semua,” pungkas Amir.