Jumat 27 Jan 2023 17:46 WIB

Pengering Kuteks Bisa Sebabkan Kanker Kulit? Peneliti Beri Peringatan

Pasien mengidap kanker kulit setelah 15 tahun pakai pengering kuteks 2x sebulan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Berdasarkan penelitian, pengering kuteks bisa menimbulkan risiko kanker kulit. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Berdasarkan penelitian, pengering kuteks bisa menimbulkan risiko kanker kulit. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paparan sinar UV telah diketahui berpotensi merusak kesehatan kulit. Padahal, sejumlah salon kuku menggunakan perangkat yang memancarkan sinar UV untuk mengeringkan cat kuku atau kuteks. Bahayakah pemakaian pengering kuteks tersebut?

Perangkat itu umumnya hanya memancarkan radiasi UVA, salah satu jenis radiasi UV. Selama ini, UVB yang diketahui lebih berkontribusi memicu kanker kulit dan dianggap sebagai ancaman yang lebih besar.

Baca Juga

Sebuah studi di Amerika mengungkapkan kerusakan level sedang pada sel manusia dan tikus setelah sesi panjang paparan sinar UV dari lampu kuku. Riset digagas oleh peneliti pascadoktoral Maria Zhivagui dari Moores Cancer Center di California, Amerika Serikat.

Dia tertarik untuk mempelajari perangkat tersebut setelah rekan penulisnya, profesor madya Ludmil Alexandrov, membaca tentang kontestan kontes kecantikan yang mengidap kanker jari (melanoma atau kanker kulit di area jari).

Mereka pun segera mendapati lebih banyak kasus. Salah satunya, perempuan dengan kanker kulit di tangan setelah 18 tahun penggunaan rutin perangkat lampu UV. Pada kasus yang lain, pasien mengidap kanker setelah 15 tahun penggunaan perangkat dua kali sebulan.

Pasangan itu memapar sel manusia dan sel tikus ke cahaya dari lampu kuku dalam dua sesi selama 20 menit pada hari yang sama atau tiga sesi 20 menit pada tiga hari untuk merancang simulasi penggunaan reguler. Sel lantas diperiksa untuk tanda-tanda kerusakan.

Studi telah diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada pekan lalu. Hasilnya menunjukkan stres oksidatif tingkat sedang dalam sel, suatu mekanisme yang dapat merusak DNA. Dalam jangka panjang, peneliti mengingatkan, hal itu berpotensi menyebabkan kanker.

"Hasil percobaan dan bukti sebelumnya sangat menyarankan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh pengering cat kuku UV, mirip dengan tanning bed, dapat meningkatkan risiko kanker kulit dini, terutama pada orang yang berisiko tinggi terkena kanker," kata Zhivagui, dikutip dari laman The Age, Jumat (27/1/2023).

Ilmuwan independen jauh lebih berhati-hati dalam menafsirkan hasil studi itu. Sinar UVA memang diketahui menimbulkan risiko kanker, tapi perangkat sinar UV pengering kuku telah banyak digunakan selama beberapa waktu dan kasus kanker kulit di tangan atau jari tetap sangat langka.

Hal itu disampaikan profesor David Whiteman, ahli epidemiologi kanker yang berbasis di lembaga penelitian medis QIMR Berghofer. "Jika saya keluar di bawah sinar matahari tanpa tabir surya dan melakukan biopsi kulit, dalam lima menit saya akan mengalami lebih banyak kerusakan daripada sel-sel (dalam studi) itu," ujarnya.

Pada 2021, Badan Perlindungan Radiasi dan Keamanan Nuklir Australia melakukan pengujian terhadap delapan perangkat pengering kuku UV di rumah. Terbukti bahwa perangkat dengan pancaran sinar paling kuat yang diuji perlu digunakan selama hampir 40 menit sebelum mulai menimbulkan risiko.

Padahal, sebagian besar pengering kuku hanya digunakan selama beberapa menit setiap sesi menghias kuku. Tetap saja, kerusakan kulit akibat sinar UV memang diketahui bersifat kumulatif. Artinya, semakin sering terpapar, semakin besar risiko seseorang.

Juru bicara Badan Perlindungan Radiasi dan Keamanan Nuklir Australia, profesor madya Ken Karipidis, menyarankan solusi untuk menekan risiko dampak fisiologis dari akumulasi paparan UVA ke tangan. "Disarankan menggunakan sarung tangan tanpa bagian jari dan/atau tabir surya, juga penyediaan informasi keselamatan bagi konsumen tentang kemungkinan risikonya," kata Karipidis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement