Jumat 27 Jan 2023 20:49 WIB

Tepi Barat dan Yerusalem Dilanda Ketegangan Usai Serangan Israel

Israel akan meningkatkan serangan udara bila milisi Palestina terus menembakan roket.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Warga melihat lokasi bangunan yang rusak setelah serangan pasukan Israel di kota Jenin, Tepi Barat, Kamis, (26/1/2023). Pasukan Israel menewaskan sembilan warga Palestina, termasuk seorang wanita berusia 60 tahun, dan melukai beberapa orang. (AP Photo/Majdi Mohammed)
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Warga melihat lokasi bangunan yang rusak setelah serangan pasukan Israel di kota Jenin, Tepi Barat, Kamis, (26/1/2023). Pasukan Israel menewaskan sembilan warga Palestina, termasuk seorang wanita berusia 60 tahun, dan melukai beberapa orang. (AP Photo/Majdi Mohammed)

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan Israel hanya akan menghentikan serangan udara bila milisi Palestina berhenti melepaskan tembakan roket. Pernyataan ini disampaikan satu hari setelah serangan paling mematikan Israel ke Palestina dalam beberapa puluh tahun terakhir.

Sejauh ini baku tembak antara milisi Gaza dan tentara Israel masih mengikuti pola yang mengizinkan kedua belah pihak saling merespon tanpa menyebabkan eskalasi besar. Instruksi Gallant pada militer untuk menyiapkan serangan baru ke Jalur Gaza bila diperlukan mengirim sinyal kekerasan mungkin mulai mereda.

Baca Juga

Shalat Jumat di komplek Masjid Al-Aqsa yang biasanya memicu bentrokan antara warga Palestina dan polisi Israel berlangsung relatif tenang. Meski banyak polisi yang berjaga. Tapi warga kota suci dan daerah pendudukan Tepi Barat masih waspada.

Serangan udara Israel diikuti serangan ke perkemahan pengungsi Jenin yang berubah menjadi baku tembak. Kekerasan ini menewaskan sembilan orang termasuk, tujuh anggota milisi dan seorang perempuan berusia 61 tahun.

Serangan juga memicu bentrokan di tempat-tempat lain, tentara Israel membunuh seorang pria berusia 22 tahun di Kota al-Ram, sebelum utara Yerusalem. Pemakaman di al-Ram, massa yang menggontong jenazah pemduda pemuda itu membawa dan mengibarkan bendera Fatah, partai yang menguasai Otoritas Palestina dan bendera milisi Hamas yang menguasai Gaza.

Eskalasi dalam konflik puluhan tahun Israel-Palestina menandai hari-hari pertama pemerintahan baru Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang dikuasai sayap ultra-kanan. Berkuasanya kelompok itu memicu bentrokan dan kerusuhan semakin sering terjadi.

Serangan udara juga mencegah Otoritas Palestina menggelar koordinasi keamanan dengan Israel. Beberapa hari sebelum Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tiba di kawasan Departemen Luar Negeri menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas kekerasan tersebut.

Sejauh ini tembakan roket Palestina dan serangan udara Israel masih terbatas hingga tidak menimbulkan perang skala besar. Israel dan Hamas berperang di empat perang dan beberapa pertempuran yang lebih kecil sejak kelompok itu berkuasa di Gaza sejak 2007.

Milisi Palestina menembakan roket dari Gaza ke arah Israel. Tel Aviv membalasnya dengan serangan udara tak mematikan ke target-target milisi di Gaza, seperti lokasi latihan pasukan dan pabrik roket bawah tanah.

Gallant mengklaim militer Israel memberikan pukulan keras ke milisi Palestina di Gaza. Ia menambahkan pasukannya bersiap menggelar serangan target berkualitas tinggi sampai perdamaian dikembalikan ke warga Israel.

Kegelisahan melanda sekitar Al-Aqsa yang orang Yahudi sebut Kuil Gunung. Di masa lalu ketegangan di situs suci kerap memicu kekerasan seperti perang berdarah di Gaza tahun 2021 lalu. Situs merupakan tempat paling sakral ketiga bagi muslim, begitu juga tempat suci bagi Yahudi.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement