Sabtu 28 Jan 2023 14:59 WIB

Lebih Mahal Dari Daging, Harga Bawang di Filipina Hampir Rp 200 Ribu

Produksi pangan terhambat akibat cuaca buruk sementara permintaan meningkat.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Bawang (ilustrasi). Filipina tengah mengalami kelangkaan bawang. Hal ini mengakibatkan harga bawang melonjak tinggi hingga mencapai sekitar 700 peso atau sekitar Rp 192 ribu per kg.
Foto: ANTARA/jojon
Bawang (ilustrasi). Filipina tengah mengalami kelangkaan bawang. Hal ini mengakibatkan harga bawang melonjak tinggi hingga mencapai sekitar 700 peso atau sekitar Rp 192 ribu per kg.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Filipina tengah mengalami kelangkaan bawang. Hal ini mengakibatkan harga bawang melonjak tinggi hingga mencapai sekitar 700 peso atau sekitar Rp 192 ribu per kg pada Desember 2022 lalu. Hal ini membuat harga bawang menjadi lebih tinggi dari harga daging, dan upah minimum harian di Filipina.

Pemilik restoran pizza di Cebu, Rizalda Maunes, menyebut, bawang merah masih menjadi barang mewah, meski telah mengalami penurunan harga dalam beberapa pekan terakhir. "Kami biasa membeli tiga hingga empat kilogram bawang setiap hari. Sekarang kami membeli setengah kilogram, hanya itu yang mampu kami beli," kata Maunes dilansir Republika dari BBC pada Sabtu (28/1/2023).

Baca Juga

Maunes mengatakan, para pelanggan mengerti lantaran bukan hanya restoran, melainkan rumah tangga juga mengalami kesulitan karena banyak hidangan yang menggunakan bawang.

Bahan pokok dalam masakan Filipina telah menjadi simbol meningkatnya biaya hidup. Hal ini terjadi ketika inflasi mencapai level tertinggi baru dalam 14 tahun di Filipina pada bulan lalu.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, yang juga menteri pertanian, menyebut kenaikan harga pangan sebagai situasi darurat. Awal bulan ini, Marcos menyetujui impor bawang merah dan kuning dalam upaya untuk meningkatkan pasokan.

Para ahli mengatakan pembukaan kembali ekonomi Filipina mendorong permintaan. Sementara di sisi lain, cuaca buruk telah mempengaruhi produksi makanan, termasuk bawang.

"Pada Agustus lalu, Departemen Pertanian memperkirakan potensi kekurangan tanaman akar. Beberapa bulan kemudian, Filipina dilanda dua badai dahsyat yang menyebabkan kerusakan tanaman yang cukup besar. Kami juga telah melihat peningkatan tajam dalam permintaan karena ekonomi pulih dengan tajam,"  kata seorang ekonom senior di ING Bank, Nicholas Mapa.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement