REPUBLIKA.CO.ID, COPENHAGEN -- Ultranasionalisme, ekstremis sayap kanan, dan politikus rasialis Swedia-Denmark Rasmus Paludan kembali melakukan aksinya membakar salinan Alquran pada Jumat (27/1/2023) waktu setempat. Kali ini, dia membakar kitab suci umat Islam di depan masjid serta Kedutaan Besar Turki di Kopenhagen, Denmark.
Pada Jumat, Paludan pertama kali membakar kitab suci umat Islam di luar sebuah masjid di Kopenhagen. Suara keras menggelegar dari masjid saat dia berbicara dalam upaya nyata untuk menenggelamkan kata-katanya.
"Masjid ini tidak punya tempat di Denmark," kata Paludan dalam siaran langsung di halaman Facebooknya, dikutip laman Aljazirah, Sabtu (28/1/2023). Dia terlihat mengenakan helm pelindung dan dikelilingi polisi anti huru hara.
Paludan berjanji akan melanjutkan aksinya setiap hari Jumat sampai Swedia diterima Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Paludan yang mendapat perlindungan polisi kemudian digiring dengan mobil polisi. Setelahnya, Paludan melakukan aksinya di depan Kedutaan Besar Turki.
"Begitu dia (Erdogan) membiarkan Swedia bergabung dengan NATO, saya berjanji bahwa saya tidak akan membakar Alquran di luar Kedutaan Besar Turki. Jika tidak, saya akan melakukannya setiap hari Jumat pukul dua siang," katanya.
Paludan mendirikan partai-partai sayap kanan di Swedia dan Denmark yang gagal memenangkan satu kursi pun dalam pemilihan nasional, regional atau kota. Dalam pemilihan parlemen tahun lalu di Swedia, partainya hanya menerima 156 suara secara nasional.
Dia telah memicu kemarahan dunia setelah melakukan protes pembakaran Alquran di Swedia 21 Januari lalu. Swedia dan Finlandia yang bertetangga berusaha untuk bergabung dengan NATO di tengah perang di Ukraina. Namun, aksesi mereka akan membutuhkan persetujuan dari semua anggota NATO. Turki telah mengindikasikan akan memblokir tawaran Swedia, sebagian karena aksi awal Paludan.
Kantor berita pemerintah Turki, Anadolu Agency mengatakan pada Jumat bahwa duta besar Denmark dipanggil ke kementerian luar negeri Turki. Para pejabat Turki mengecam keras izin yang diberikan untuk tindakan provokatif ini yang jelas merupakan kejahatan rasial.
Duta besar Denmark menerima pernyataan tegas bahwa sikap Denmark tidak dapat diterima dan Turki mengharapkan izin dicabut. Kementerian luar negeri Turki kemudian mengeluarkan pernyataan yang menyebut Paludan penipu yang membenci Islam dan menyesalkan fakta bahwa dia diizinkan untuk melakukan aksi demonstrasi membakar Alquran.
"Menunjukkan toleransi terhadap tindakan keji yang menyinggung kepekaan jutaan orang yang tinggal di Eropa mengancam praktik hidup berdampingan secara damai dan memprovokasi serangan rasis, xenofobia, dan anti-Muslim,” kata kementerian luar negeri Turki.
Menteri luar negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen mengatakan kepada media Denmark, bahwa insiden itu tidak akan mengubah hubungan baik Denmark dengan Turki. Dia mengatakan, bahwa Kopenhagen bermaksud untuk berbicara dengan Ankara tentang undang-undang Denmark yang menegakkan kebebasan.
"Tugas kami sekarang adalah berbicara dengan Turki tentang bagaimana kondisi di Denmark dengan demokrasi terbuka kami, dan bahwa ada perbedaan antara Denmark sebagai sebuah negara – dan rakyat kami seperti itu – dan kemudian tentang orang-orang individu yang memiliki pandangan yang sangat berbeda," kata Rasmussen.
sumber:
https://www.aljazeera.com/news/2023/1/27/quran-burned-before-a-mosque-and-turkish-embassy-in-copenhagen