REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski sering dianggap sepele, kotoran telinga bisa berimbas terhadap aktivitas sehari-hari jika tidak dibersihkan dengan baik. Karena pemakaian cotton bud tidak dianjurkan, pakar menyarankan perlunya ada layanan pembersihan kotoran telinga yang memadai di fasilitas perawatan kesehatan primer.
Hal itu menjadi sorotan dalam studi yang dipimpin pakar dari University of Manchester di Inggris. Para peneliti melakukan survei terhadap 500 orang dewasa yang menggunakan layanan penghilang kotoran telinga dari Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS).
Sembilan dari 10 orang yang disurvei mengaku kesulitan mendengar akibat menumpuknya kotoran telinga dan merasa itu cukup mengganggu. Enam dari 10 orang melaporkan kondisi itu sangat mengganggu. Delapan dari 10 peserta melaporkan peningkatan kenyamanan setelah kotoran telinga dibersihkan.
Studi telah diterbitkan dalam British Journal of General Practice. Pelaksanaan riset didukung oleh National Institute for Health and Care Research (NIHR), Pusat Penelitian Biomedis Manchester. Sementara, NIHR didanai oleh pemerintah Inggris yang selama ini mendukung penelitian perawatan kesehatan dan sosial.
Menurut para peneliti, semakin banyak orang kesulitan mengakses layanan pembersihan kotoran telinga sebab tidak tersedia di praktik dokter umum. Tercatat ada lebih dari dua juta orang per tahun membutuhkan perawatan kebersihan pribadi tersebut.
Para peneliti juga mencatat bahwa hingga 44 persen pasien demensia yang tinggal di rumah perawatan memiliki tumpukan kotoran telinga yang dirasa mengganggu. Kotoran telinga memang merupakan zat normal yang diproduksi oleh tubuh untuk membersihkan, melindungi, dan menjaga kesehatan telinga, tetapi penyumbatan saluran telinga akibat penumpukan kotoran dapat memengaruhi kemampuan berkomunikasi dan mendengar.
Tim periset menngatakan, sumbatan akibat kotoran telinga dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan kondisi tinitus alias telinga berdenging. Profesor audiologi di University of Manchester, Kevin Munro, setuju dengan National Institute for Health and Care Excellence (NICE) bahwa layanan pembersihan kotoran telinga harus tersedia untuk masyarakat.
"Jika ada yang mencoba melakukan simulasi efek kotoran telinga yang bermasalah, bisa dengan berjalan-jalan dengan jari-jari menyumbat telinga selama beberapa hari, mereka akan segera menyadari bahwa itu adalah masalah serius," kata Munro, dikutip dari laman Standard, Sabtu (28/1/2023).