REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat transportasi Darmaningtyas menyebut sarana transportasi massal menjadi solusi untuk menekan emisi karbon yang menyebabkan kerusakan lingkungan.
"Setiap pemerintah daerah itu supaya membangun transportasi publik. Saat ini hanya beberapa kota besar yang punya sistem transportasi yang baik," kata Darmaningtyas kepada Antara di Jakarta, Sabtu (28/1/2023).
Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) itu mengatakan, jumlah daerah yang memiliki sistem transportasi massal yang memadai saat ini jumlahnya sangat minim sehingga perlu untuk ditingkatkan dalam rangka menekan emisi karbon penyebab pemanasan global. Menurut dia, selain industri, emisi karbon terbesar saat ini dihasilkan oleh sektor transportasi, di mana kendaraan pribadi yang jumlahnya terus bertambah.
"Mengurangi emisi ini caranya beralih menggunakan angkutan umum, bersepeda, atau berjalan kaki. Tetapi pemerintah wajib menyediakan sarana pendukungnya," ujar dia.
Sejalan dengan hal itu, Darmaningtyas juga mendorong peran dunia pendidikan, khususnya para guru untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya menggunakan transportasi publik. Ia menilai, para guru perlu memiliki kesadaran terkait pengurangan emisi karbon sehingga dapat memberikan edukasi yang baik kepada murid-muridnya.
"Guru-guru itu banyak yang belum punya bekal ilmu pengetahuan terkait pemanasan global atau mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Padahal itu sangat strategis untuk diteruskan kepada generasi muda," katanya.
Seperti diketahui, Hari Pengurangan Emisi CO2 Internasional diperingati setiap 28 Januari. Peringatan International Reducing CO2 Emissions Day ini bertujuan sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya emisi CO2 atau karbon dioksida.
Dalam hal ini, Indonesia berkomitmen untuk mencapai net zero emission atau nol emisi karbon maksimal pad 2060.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan antara lain adalah peningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), pengurangan energi fosil, penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, dan yang terakhir pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS).
Dengan mengurangi jejak karbon, Indonesia diharapkan dapat mencapai kondisi net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.