Ahad 29 Jan 2023 20:15 WIB

Obat Hipertensi Disebut Bisa Memperlambat Penuaan

Saat ini diet pembatasan kalori telah dianggap sebagai intervensi anti-penuaan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Didi Purwadi
Hipertensi (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Hipertensi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti menemukan bahwa obat hipertensi Rilmenidine dapat membuat panjang umur dan memperlambat proses penuaan. Diterbitkan dalam Aging Cell, temuan ini menunjukkan bahwa hewan yang diobati dengan Rilmenidine, pada usia muda dan lebih tua memiliki usia panjang dan meningkatkan penanda kesehatan, meniru efek pembatasan kalori.

Mereka juga menunjukkan bahwa rentang kesehatan dan masa hidup pasca pengobatan rilmenidine pada cacing gelang C, dimediasi oleh reseptor I1-imidazolin nish-1, mengidentifikasi reseptor ini sebagai target umur panjang yang potensial.

Tidak seperti obat lain yang sebelumnya dipelajari untuk tujuan ini oleh para peneliti, rilmenidine antihipertensi oral yang diresepkan secara luas memiliki potensi untuk dapat ditransfer ke manusia di masa depan karena efek sampingnya jarang terjadi dan tidak parah.

Hingga saat ini, diet pembatasan kalori telah dianggap sebagai intervensi anti-penuaan yang paling kuat, yang meningkatkan umur panjang di seluruh spesies. Namun, penelitian tentang pembatasan kalori pada manusia memiliki hasil dan efek samping yang beragam. Artinya, menemukan obat seperti rilmenidine yang dapat meniru manfaat pembatasan kalori adalah strategi anti-penuaan yang paling masuk akal.

Profesor Joao Pedro Magalhaes, yang memimpin penelitian ini ketika berada di University of Liverpool dan sekarang berbasis di University of Birmingham, mengatakan bahwa dengan populasi yang menua secara global, manfaat menunda penuaan sangat krusial. Menggunakan kembali obat-obatan yang mampu memperpanjang umur dan rentang kesehatan memiliki potensi besar yang belum dimanfaatkan dalam gerosains translasi. 

"Untuk pertama kalinya, kami dapat menunjukkan pada hewan bahwa rilmenidine dapat meningkatkan umur. Kami sekarang ingin mengeksplorasi apakah rilmenidine mungkin memiliki aplikasi klinis lainnya," kata Prof Magalhaes seperti dilansir dari Times Now News, Ahad (29/1/2023).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement