REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM - "Mereka yang membakar buku pada akhirnya akan membakar orang." Mengutip penulis terkenal Jerman-Yahudi, Heinrich Heine, Komunitas Yahudi dan Muslim di Swedia berusaha memperingatkan dunia.
Pernyataan ini muncul menyusul aksi pembakaran Kitab Suci umat Islam, Alquran, yang terjadi baru-baru ini. Hal ini pun dikaitkan dengan pembakaran buku di Nazi Jerman.
Dalam sebuah pernyataan bersama, Dewan Resmi Komunitas Yahudi Swedia dan Kemitraan Persekutuan Muslim Yahudi AMANAH, disampaikan pembakaran buku seringkali menunjukkan awal dari normalisasi kebencian terhadap suatu kelompok dalam masyarakat.
"Secara historis (pembakaran buku) melawan Yahudi, sekarang melawan Muslim", kata pernyataan itu dikutip di Middle East Monitor, Ahad (29/1/2023).
Mereka pun memperingatkan perilaku rasis dan ekstremis sekali lagi diizinkan untuk menyalahgunakan ruang demokrasi dan kebebasan berbicara, untuk menormalkan kebencian terhadap salah satu agama minoritas di Swedia, dengan membakar Alquran.
Mengacu pada serangan intensif terhadap orang-orang Yahudi dan Muslim di negara itu, mereka pun menyatakan keprihatinannya. Dalam kehidupan masyarakat demokratis, setiap individu memiliki hak untuk merasa aman dan dihargai.
"Dengan pernyataan ini, kami ingin mengungkapkan dukungan kami kepada Komunitas Muslim Swedia dan dengan jelas menyatakan setiap tindakan dan tanda prasangka dan kebencian tidak dapat diterima," lanjut mereka.
Ekstremis sayap kanan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan, dilaporkan membakar salinan Kitab Suci Muslim dalam protes yang disetujui polisi di ibu kota, Stockholm, pada akhir pekan lalu.
Sehari kemudian, seorang politisi sayap kanan Belanda dan pemimpin kelompok Islamofobia, Pegida, Edwin Wagensveld, merobek halaman-halaman Alquran di Den Haag, ibu kota administratif Belanda. Video Wagensveld di Twitter menunjukkan dia membakar halaman-halaman Kitab Suci yang robek di dalam panci.
Sumber: middleeastmonitor