REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Amal kebajikan yang dilakukan seseorang adalah hasil keadaan spiritual orang tersebut yang baik.
Artinya, jika keadaan spiritual seseorang baik, maka akan nampak dalam amal kebajikan atau perbuatan baik yang dilakukannya.
حُسْنُ الأَعْمَالِ نَتَائِجُ حُسْنِ الأَحْوَالِ، وَحُسْنُ الأَحْوَالِ مِنَ التَّحَقُّقِ فِى مَقَامَاتِ الإِنْزَالِ
"Amal kebajikan merupakan hasil keadaan spiritual yang baik. Keadaan spiritual yang baik merupakan perwujudan dari kedudukan yang diberikan oleh Allah SWT." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam)
Amal kebajikan yang tampak dari perbuatan-perbuatan anggota badan merupakan konklusi dari keadaan spiritual yang baik, yang letaknya di dalam hati. Barang siapa yang keadaan hatinya baik, maka itu akan terpancar dari amalannya. Barang siapa yang keadaan hatinya buruk, maka itu juga akan terpancar dari amalannya.
Orang yang baik adalah yang baik keadaan hatinya. Sedangkan orang yang buruk adalah yang buruk keadaan hatinya. Keduanya saling terikat dan ada korelasinya.
Keadaan hati yang baik hanya bisa didapatkan jika tahapan-tahapan menuju Allah SWT dilakukan. Jika kamu bertaubat maka bertaubatlah dengan benar.
Jauhilah semua larangan-Nya, dan jalankan semua perintah-Nya. Jikal berada di tahapan sabar maka bersabarlah dengan baik, dan pertahankan keadaan itu secara terus-menerus.
Jangan mentang-mentang berada di tahapan sabar, kemudian kita boleh melanggar maksiat. Itu sama sekali tidak benar. Satu tahapan dengan tahapan lainnya saling ber¬hubungan.
Hati akan semakin terang dan bercahaya setiap kali kita berhasil melintasi tahapan-tahapan menuju Allah SWT dengan baik.
Hal ini dijelaskan Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam dengan penjelasan tambahan oleh Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017.
Terjemah kitab Al-Hikam oleh Ustaz Bahreisy menambah penjelasan perkataan Syekh Athaillah. Dia menjelaskan, amal yang baik dan ikhlas yang diterima oleh Allah SWT. Seseorang tidak mungkin ikhlas kecuali jika ia mengerti kedudukan dirinya di hadapan Allah SWT.
Abu Hamid Alghazzaly mengatakan, tiap tingkatan dalam keyakinan itu mempunyai ilmu, perasaan dan perbuatan.
Ilmu yaqin adalah keyakinan yang didapat dari pengertian teori pelajaran. Ainul yaqin adalah keyakinan yang didapat dari fakta kenyataan lahir setelah terungkap dan terbuka sehingga diketahui.
Haqqul yaqin adalah keyakinan yang benar-benar langsung dari Allah SWT, dan tidak dapat diragukan sedikitpun, yaitu keyakinan yang mutlak.