REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sebuah surat kabar Israel pada Sabtu (28/1/2023) memperingatkan tentang pecahnya intifada Palestina ketiga di tengah meningkatnya kekerasan di wilayah pendudukan. Sebelumnya pada Jumat (27/1/2023) tujuh pemukim Israel tewas dalam serangan penembakan di sebuah sinagog di Yerusalem Timur. Serangan ini dilakukan oleh seorang warga Palestina.
Serangan di sinagog itu terjadi sehari setelah sembilan warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka dalam operasi militer Israel di Kota Jenin, Tepi Barat. Komentator militer Israel, Ron Ben-Yishai mengatakan kepada surat kabar Yedioth Ahronoth bahwa, serangan terhadap sinagoga itu merupakan pembalasan atas operasi militer di Jenin.
"Israel harus segera mencegah operasi lebih lanjut serta pembalasan oleh ekstremis Yahudi di Yerusalem," ujar Ben-Yishai, dilaporkan Middle East Monitor, Ahad (29/1/2023).
Ben-Yishai memperingatkan, perkembangan baru-baru ini di Jenin dan Yerusalem dapat meningkatkan tingkat kekerasan ekstrem menjadi pemberontakan nyata yang melibatkan massa Palestina dan ekstrimis Yahudi. Ben-Yishai memperingatkan bahwa setiap operasi besar yang disetujui oleh kabinet keamanan Israel akan semakin mengobarkan api daripada menenangkan kawasan.
"Tidak ada operasi besar di kota-kota Palestina atau di lingkungan Yerusalem Timur yang diperkirakan akan mencapai hasil yang signifikan, dan itu hanya akan mengipasi api dan memicu pemberontakan," ujar Ben-Yishai.
Pemerintah Israel mengumumkan rencana untuk memudahkan warganya mendapatkan senjata api dan meningkatkan pasukan militer di tengah meningkatnya kekerasan di wilayah pendudukan Palestina. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan langkah tersebut pada Sabtu (28/1/2023) malam setelah mengadakan rapat kabinet terkait penembakan di sinagoge.
"Kami mengerahkan pasukan, meningkatkan pasukan, dan kami melakukannya di arena yang berbeda," kata Netanyahu pada Sabtu (28/1/2023) dilaporkan Aljazirah.
Netanyahu berjanji untuk mempercepat izin senjata bagi warga Israel dan meningkatkan upaya untuk mengumpulkan "senjata ilegal". Netanyahu menambahkan, rumah para tersangka penyerang akan disegel sebelum dihancurkan.
"Ini adalah akibat dari mereka yang mendukung terorisme," kata Netanyahu
Kantor Netanyahu mengatakan tunjangan jaminan sosial untuk keluarga penyerang juga akan dibatalkan. Selain itu, mereka menjanjikan langkah-langkah baru untuk "memperkuat" permukiman ilegal Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan, satu batalion tambahan telah dikirim ke wilayah pendudukan Tepi Barat untuk penguatan. Analis di Israel mengatakan Netanyahu berada di bawah tekanan dari kabinetnya termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, yang merupakan politisi sayap kanan.
Ben-Gvir telah mendorong lebih banyak izin senjata. Dia juga akan mendorong hukuman mati terhadap "teroris". Ben-Gvir mengatakan, langkah-langkah baru keamanan itu "penting". Tetapi dia menginginkan "lebih banyak tindakan lagi".
"Itamar Ben-Gvir memiliki reputasi sebagai pemadam kebakaran dan sekarang Netanyahu memberinya satu wadah penuh minyak," kata Akiva Eldar, kontributor surat kabar harian Israel Haaretz.
"Saya khawatir tangan Netanyahu terikat. Di antara dua kejahatan, dia harus memutuskan sisi mana yang dia ambil, dan saya khawatir tidak ada orang dewasa yang bertanggung jawab di kabinetnya yang dapat menghentikannya," kata Eldar kepada Aljazirah.