Senin 30 Jan 2023 14:04 WIB

Berharap 'Jalan Tol' Bagi Produk Halal Indonesia di Pasar Arab Saudi

Ekspor nonmigas Indonesia ke Arab Saudi mencapai 1,83 miliar dolar AS.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Kementerian Perdagangan meneken delapan kontrak dagang ekspor dengan Arab Saudi senilai Rp 2,3 triliun di Kantor Federation Saudi Chamber, Jeddah, Arab Saudi, Senin (23/1/2023).
Foto: Dok. Kemendag
Kementerian Perdagangan meneken delapan kontrak dagang ekspor dengan Arab Saudi senilai Rp 2,3 triliun di Kantor Federation Saudi Chamber, Jeddah, Arab Saudi, Senin (23/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Misi Dagang Arab Saudi diharapkan dapat menjadi pintu gerbang produk halal Indonesia menjamah pasar Negeri Minyak. Meski Indonesia menjadi salah satu penyumbang terbesar jamaah haji, kondisi serupa tak dialami sektor perdagangan produk RI.

Sebetulnya, Indonesia sudah mengungguli perdagangan non migas dengan Arab Saudi. Namun lantaran impor migas yang besar, total neraca dagang alhasil defisit. Total neraca perdagangan periode Januari-November 2022 tercatat defisit 3,33 miliar dolar AS.

Baca Juga

Tercatat, ekspor nonmigas Indonesia ke Arab Saudi mencapai 1,83 miliar dolar AS. Sedangkan impor nonmigas hanya 842,3 miliar dolar AS, sehingga surplus 993 juta dolar AS.

Sementara dalam perdagangan migas, ekspor Indonesia hanya dua juta dolar AS sedangkan impor tembus 4,3 miliar dolar AS atau defisit 4,3 miliar dolar AS.

Direktur Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Didi Sumedi, menuturkan setelah Misi Dagang Arab Saudi yang membukukan kontrak dagang Rp 2,3 triliun, pemerintah berharap hubungan dagang kedua negara jadi lebih besar.

Produk halal seperti consumer goods menjadi andalan Indonesia untuk menjamah pasar Saudi. Namun, Didi mengatakan, pemerintah ingin agar produk yang masuk ke sana bisa dikenal oleh konsumen Saudi secara luas.

"Tidak hanya untuk kepentingan jamaah haji dan umrah (Indonesia) saja," kata Didi kepada Republika.co.id, Senin (30/1/2023).

Ia melanjutkan, pemerintah Indonesia masih terus mengupayakan pendirian tiga retail modern di Arab Saudi yang bakal menjadi 'rumah kedua' produk halal asli Indonesia.

"Tiga hypertmart yang bisa menampung ratusan bahkan ribuan brand kita dengan menghubungi pihak terkait di sana seperti SFDA atau BPOM-nya Saudi," ujarnya.

Didi tak menjelaskan soal target kapan itu terealisasi. Namun, menurut dia, pengusaha Indonesia yang tertarik tak perlu membangun dari awal. Namun bisa menggunakan sistem sewa bangunan yang sudah tersedia.

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan di lain kesempatan menuturkan, tiga daerah yang dibidik yakni Mekkah, Madinah, dan Jeddah. Pasar utama produk halal Indonesia tentu para turis yang datang ke Saudi.

Ia mencatat, rata-rata orang Indonesa yang berkunjung ke Arab Saudi saja sudah mencapai dua juta per tahun. Jumlah itu diperkirakan akan terus naik hingga 5 juta per tahun.

Pada sejumlah kesempatan, Zulhas menuturkan Kemendag fokus untuk menyiapkan 'jalan tol' bagi produk Indonesia ke sejumlah negara. Selain lewat misi dagang secara bilateral, perjanjian dagang menjadi opsi strategis untuk meningkatkan ekspor Indonesia.

Kemendag telah kembali menawarkan dibukanya perjanjian dagang Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) atau Free Trade Agreement (FTA) dengan Gulf Cooperation Council atau negara-negara Arab Teluk.

Sebelumnya Indonesia pernah mengusulkan hal serupa tahun 2018, 2021 dan 2022 namun belum membuahkan hasil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement