REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Serangan rudal Rusia menewaskan tiga orang di kota Kherson, Ukraina selatan, saat pertempuran berkecamuk di wilayah Donetsk timur dengan Rusia kembali menembaki kota utama Vuhledar. Serangan intensif ini membuat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengakui dalam situasi sulit di Donetsk dan membutuhkan pasokan senjata yang lebih cepat dan persenjataan jenis baru.
"Situasinya sangat sulit. Bakhmut, Vuhledar, dan sektor lain di wilayah Donetsk - ada serangan Rusia terus-menerus," kata Zelenskyy dalam pidato video pada Ahad (29/1/2023) malam.
"Rusia ingin perang berlarut-larut dan menghabiskan pasukan kita. Jadi kita harus menyediakan waktu untuk senjata kita. Kita harus mempercepat peristiwa, mempercepat pasokan, dan membuka opsi senjata baru untuk Ukraina," ujarnya.
Sebanyak tiga orang meninggal dan enam lainnya luka-luka oleh serangan Rusia di Kherson pada Ahad. Serangan ini, menurut pemerintah Kherson, merusak sebuah rumah sakit dan sekolah.
Pasukan Rusia telah menduduki Kherson tak lama setelah invasi ke Ukraina pada Februari 2022 dan menguasai kota itu sampai pasukan Ukraina merebutnya kembali pada November. Sejak pembebasannya, kota ini sering menjadi sasaran dari posisi Rusia yang berada di seberang sungai Dnipro.
Sebuah rudal menghantam sebuah gedung apartemen di timur laut kota Kharkiv, menewaskan seorang perempuan tua. Sebuah gambar //Reuters// yang berasal dari tempat kejadian menunjukkan api melalap bagian dari sebuah bangunan tempat tinggal di kota terpadat kedua di negara itu.
Staf Umum Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Ahad malam, bahwa pasukan Rusia telah menembaki Bakhmut serta Vuhledar di barat daya tempat pertempuran meningkat dalam beberapa hari terakhir.
Kolonel dan analis militer Ukraina Mykola Salamakha mengatakan kepada //Radio NV/, bahwa pasukan Rusia meningkatkan gelombang serangan di Vuhledar. "Dari lokasi ini kami mengendalikan hampir seluruh sistem rel yang digunakan oleh Rusia untuk logistik ... Kota ini berada di dataran tinggi dan pusat pertahanan yang sangat kuat telah dibuat di sana," katanya.
"Ini adalah pengulangan situasi di Bakhmut, satu demi satu gelombang pasukan Rusia dihancurkan oleh angkatan bersenjata Ukraina," ujar Salamakha.
Kembali jatuhnya korban sipil dalam serangan-serangan ini terjadi tiga hari setelah setidaknya 11 orang meninggal dalam serangan rudal yang terlihat di Kiev. Serangan ini sebagai tanggapan Istana Kremlin terhadap janji dari sekutu Kiev untuk memasok tank tempur.
Setelah perselisihan selama berminggu-minggu, Jerman dan Amerika Serikat (AS) mengatakan pekan lalu, akan mengirim lusinan tank ke Ukraina untuk membantu memukul mundur pasukan Rusia. Tindakan ini membuka jalan bagi negara lain untuk mengikuti keputusan tersebut.
Duta besar Ukraina untuk Prancis menyatakan, total 321 tank berat telah dijanjikan ke Ukraina oleh beberapa negara. Mereka membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk muncul di medan perang.
Ukraina ingin mempercepat pengiriman senjata berat karena kedua belah pihak dalam perang diperkirakan akan melancarkan serangan musim semi dalam beberapa minggu mendatang. Pembicaraan juga sedang dilakukan antara Kiev dan sekutunya tentang permintaan rudal jarak jauh. Ukraina juga telah meminta jet tempur F16 AS.
Pembuat senjata Jerman Rheinmetall siap untuk meningkatkan produksi amunisi tank dan artileri untuk memenuhi permintaan di Ukraina dan Barat. CEO Armin Papperger menyatakan, perusahan mungkin mulai memproduksi beberapa peluncur roket HIMARS di Jerman. Sistem HIMARS saat ini dibuat di AS dan telah digunakan dengan efek yang menghancurkan oleh militer Ukraina.