REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan pembina Arema FC 2013-2019 Lalu Mara Satiawangsa turut angkat bicara mengenai serangan suporter ke kantor Arema. Ia mengaku sedih mendengar kabar keributan suporter di Malang.
Ia mengatakan di dunia ada beberapa tragedi mirip dengan kasus Kanjuruhan seperti tragedi Heysel yakni pertandingan Piala Champions antara Juventus melawan Liverpool pada 29 Mei 1985. Namun setelah kejadian justru tidak menghilangkan eksistensinya.
"Seperti Juventus tidak diminta suporternya untuk bubar. Justru bagaimana upaya untuk bangkit bersama. Baik klub maupun suporternya," ujarnya dalam keterangan persnya yang diterima republika, Senin (30/1).
Ia menilai saat ini Arema FC dan Aremania sedang dalam situasi duka mendalam atas tragedi Kanjuruhan. Dari segi prestasi, klub juga tengah terpuruk. Oleh karena itu, Satiawangsa ingin memberikan beberapa pandangannya terkait situasi yang terjadi di Malang.
Ia meminta suporter dan manajemen untuk duduk bersama serta melakukan komunikasi mendalam. Menurutnya bagaimanapun juga Arema FC harus dijaga eksistensinya sebagai klub kebanggaan Malang Raya dan Indonesia.
"Selain itu keberadaan Arema sangat berdampak besar untuk keberlangsungan UMKM di Malang Raya," katanya.
Ia menegaskan tentu sangat berduka atas hilangnya 135 nyawa akibat tragedi Kanjuruhan. Kendati demikian, klub harus tetap dijaga demi arwah para korban. Klub juga pasti ingin berjuang membalas pengorbanan para korban dan suporter.
Untuk kasus hukum, Satiawangsa tetap harus dikawal prosesnya. Namun semua pihak harus menerima keputusan karena itu adalah ranah hukum bukan kendali manajemen atau suporter.
"Karena hukum berada di atas semuanya. Kita berdoa yang terbaik sesuai yang kita harapkan," tuturnya.