REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, menyebutkan berdasar data 2021 produksi beras mencapai sekitar 90 ribu ton per tahun dengan tingkat konsumsi beras 72 ribu ton per tahun.
"Ini artinya, Kabupaten Batang mengalami surplus beras sekitar 18 ribu ton per tahun," kata Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang Susilo Heru Yuwono di Batang, Senin (30/1/2023).
Kendati demikian, kata dia, dengan adanya pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dan proyek jalan tol mengakibatkan aliran irigasi banyak yang rusak sehingga dikhawatirkan akan menurunkan produksi beras di daerah itu. Ia mengatakan, pemkab telah mengusulkan pada Kementerian Pertanian RI untuk melakukan perbaikan aliran irigasi yang berada di sekitar kawasan industri yang berada di Kecamatan Gringsing itu.
Selain itu, untuk menjaga ketahanan pangan di daerah setempat, kata dia, pemkab telah membangun tiga lumbung di 3 wilayah kecamatan yaitu Gringsing, Tersono, dan Kecamatan Blado. "Pembangunan tiga lumbung pangan ini berasal pengadaan alokasi khusus sebesar Rp1 miliar per lumbung yang diperuntukkan jadi rumah penggilingan padi (rice mill), bed dryer, dan lumbung," kata Susilo.
Penjabat Bupati Batang Lani Dwi Rejeki mengatakan, dengan adanya lumbung pangan ini maka daerah ini akan mempunyai cadangan pangan yang sementara ditunda penjualannya untuk mencukupi kebutuhan makanan masyarakat. "Dengan adanya cadangan pangan yang tersedia di lumbung pangan diharapkan tidak akan terjadi kekurangan pangan apalagi terjadinya kasus rawan pangan," kata Lani.
Selain itu, kata dia, pada daerah sentra produksi terutama padi dapat menyerap hasil produksi petani di wilayah sekitarnya sehingga stabilitas harga dan pasokan dapat terjaga. "Adanya cadangan pangan ini, kami berharap jangan terjadi kekurangan bahan panganan yang di dalamnya ada fasilitas penggilingan beras, bed dryer, lantai jemur, dan lumbung," kata dia.