REPUBLIKA.CO.ID, GARUT — Musim hujan masih berlangsung di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar). Meski demikian, jajaran Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jabar mulai bersiap menghadapi musim kemarau dan mengantisipasi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kebakaran dinilai berpotensi terjadi di kawasan hutan atau lahan wilayah Kabupaten Garut pada musim kemarau. Kepala Seksi KSDA Wilayah V Kabupaten Garut Dodi Arisandi mengatakan, pihaknya akan mulai melakukan deteksi dini menjelang musim kemarau.
Deteksi dini yang dilakukan, antara lain dengan patroli dan pemantauan di batas kawasan hutan. KSDA mengantisipasi adanya aktivitas pembakaran. “Biasanya kebakaran terjadi karena ada pembukaan lahan di area tepi batas oleh masyarakat peladang,” kata Dodi kepada Republika, Senin (30/1/2023).
Menurut Dodi, masih ada masyarakat yang membuka lahan dengan melakukan pembakaran. Padahal, api dari tindakan tersebut dapat menjalar ke kawasan hutan. Karena itu, Dodi mengatakan, pihaknya akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara pembakaran.
Dalam upaya mengantisipasi karhutla, petugas KSDA juga akan mengetatkan pengawasan aktivitas di area hutan. Pasalnya, menurut Dodi, karhutla dapat dipicu aktivitas warga yang melakukan pendakian atau perburuan liar. “Di titik itu kami akan tingkatkan patroli,” katanya.
Dodi mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mengantisipasi karhutla di wilayah Kabupaten Garut.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut Satria Budi mengatakan, kebakaran biasanya terjadi di kawasan hutan wilayah Gunung Guntur dan Gunung Papandayan. Di kawasan tersebut, khususnya Gunung Guntur, kondisinya sangat gersang ketika musim kemarau.
Berdasarkan catatan Republika, pada Oktober 2019 terjadi karhutla di kawasan Gunung Guntur. Dari hasil pemantauan melalui drone oleh Balai Besar KSDA Jabar, lokasi kebakaran berada di kawasan Blok Citiis.
Lokasi kebakaran itu di sekitar puncak Guntur, di mana kondisinya padang rumput yang didominasi ilalang dan beberapa jenis tanaman perdu. Ada juga pepohonan, seperti pinus. Dari hasil identifikasi, diperkirakan luas lahan yang terdampak kebakaran di Blok Citiis kurang lebih 89,88 hektare.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau pada 2023 ini akan lebih kering dibandingkan tiga tahun terakhir (2020-2022). Kondisi tersebut dinilai dapat menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan potensi karhutla.
Satria mengatakan, BPBD Kabupaten Garut akan terus berkoordinasi dengan petugas KSDA untuk mengantisipasi terjadinya karhutla pada musim kemarau mendatang. Sebab, karhutla biasa terjadi di kawasan yang masuk kewenangan KSDA.
Menurut Satria, pihaknya juga akan meminta petugas KSDA mendata jalur untuk pemadaman api, serta titik air untuk penanganan karhutla. “Nanti kita komunikasi. Kami juga sudah mulai mendata peralatan,” kata Satria.