REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Data Pemerintah Korea Selatan (Korsel) pekan lalu mencatat impor kimchi menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa sepanjang 2022. Kenaikan ini terjadi di tengah lonjakan inflasi konsumen di negeri Gingseng tersebut.
"Pengiriman lauk tradisional Korea pedas ini mencapai 169,4 juta dolar AS tahun lalu, naik 20,4 persen dari tahun sebelumnya," kata Dinas Bea Cukai Korea dikutip kantor berita Yonhap News Agency, Senin (30/1/2023).
Tingkat pertumbuhan tahunan 2022 adalah yang tertinggi sejak lonjakan 53,8 persen yang tercatat pada 2010. Lonjakan impor kimchi disebabkan oleh tingginya harga kubis, bahan-bahan lain, dan produk kimchi buatan lokal.
Hal ini mendorong restoran dan pengguna lain untuk menggunakan impor yang lebih murah dari China. Daesang FNF, pembuat kimchi terkemuka Korsel dan pemain industri lainnya menaikkan harga produk hampir 10 persen tahun lalu.
Harga per ton kimchi impor mencapai 643 dolar AS, jauh lebih rendah dari 3.425 dolar AS untuk ekspor kimchi. Sebaliknya, ekspor kimchi Korsel menyusut hampir 12 persen tahun lalu, dengan neraca perdagangan kimchi negara itu berayun ke defisit dalam satu tahun.
Pengiriman kimchi ke luar negeri merosot 11,9 persen dalam setahun menjadi 140,8 juta dolar AS tahun lalu, penurunan tahunan pertama dalam tujuh tahun. Itu mengakibatkan defisit perdagangan sebesar 28,58 juta dolar AS di sektor ini, tinta merah terbesar dalam empat tahun.
Angka tahun lalu juga turun dari rekor tertinggi 159,9 juta dolar AS tahun sebelumnya. Ini disebabkan oleh permintaan luar negeri yang kuat di tengah pandemi virus corona.
Kimchi adalah lauk tradisional Korea yang biasanya terbuat dari kubis yang difermentasi garam, dan cabai. Kimchi menjadi makanan pelengkap di hampir semua makanan.