Selasa 31 Jan 2023 23:59 WIB

Jangan Sembarangan, Ini Arti Sebenarnya Body Count

Istilah ini bisa diartikan berbeda sehingga cenderung merendahkan perempuan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Natalia Endah Hapsari
 salah satuPemicu viralnya istilah body count dengan makna baru tersebut adalah tayangan realitas percintaan
Foto: ookra
salah satuPemicu viralnya istilah body count dengan makna baru tersebut adalah tayangan realitas percintaan "Love Island". (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah body count menjadi cukup viral di media sosial. Para kreator konten dari dalam maupun luar negeri membuat unggahan soal istilah tersebut. Ada yang mengumbar body count yang dimiliki, sengaja mengajukan pertanyaan acak ke orang lain tentang body count, atau membuat parodi tentang itu.

Sebenarnya, apa arti dari istilah tersebut? Jika merujuk pada sejarah, sebenarnya istilah body count berasal dari ranah militer. Menurut kamus Merriam-Webster, istilah body count semula punya makna hitungan mayat tentara musuh yang terbunuh.

Baca Juga

Definisi kedua, yakni jumlah orang yang terlibat dalam kegiatan tertentu. Masih menurut kamus yang sama, istilah body count pertama kali digunakan pada 1962. Namun, makna dari istilah tersebut kini sudah bergeser, dan makna baru itulah yang banyak dipakai di media sosial.

Makna baru dari bahasa gaul body count mengarah ke ranah seksual, yakni jumlah individu yang pernah bersetubuh dengan seseorang. Istilah itu jadi begitu viral di media sosial hingga tagar #bodycount di TikTok sudah menjaring 735,3 juta tampilan.

Dikutip dari laman GQ Magazine, salah satu pemicu viralnya istilah body count dengan makna baru tersebut adalah tayangan realitas percintaan "Love Island". Akan tetapi, amat disayangkan jika hal privat demikian dijadikan konten, bahkan ditanyakan ke sembarang orang di jalan. Itu sebabnya sebaiknya tidak memakai istilah body count sembarangan.

Psikolog sosial dan edukator seks Petra Boynton menjelaskan bahwa menanyakan body count bisa saja untuk alasan kesehatan. Misalnya, berbagi sejarah seksual masa lalu di antara pasangan menikah supaya bisa fokus menghindari HIV/AIDS dan memiliki hubungan seksual yang lebih aman.

Akan tetapi, di luar tujuan atas dasar kesehatan dari pertanyaan serupa, Boynton menunjukkan bahwa jawaban yang didapat dari pengalaman masa lalu itu bisa berujung masalah. "Hubungan kerap dipengaruhi oleh perasaan tidak aman atau cemas tentang seseorang yang jatuh cinta dengan orang lain, atau berbagi kejadian yang tak terlupakan dengan mereka," kata Boynton.

Seperti yang dikatakan Boynton, body count juga bisa disalahgunakan untuk "menilai" perempuan alih-alih pria. Dia merujuk pada sejumlah pemengaruh misoginis yang berkata bahwa perempuan dengan body count sedikit atau tidak ada sama sekali cenderung punya nilai lebih. Menurut dia, itu stereotipe yang sukar diubah.

Bagaimana pun, hubungan seksual adalah hal yang sangat personal. Boynton mengingatkan, mengusik masa lalu orang lain atau terobsesi dengan body count orang lain juga jadi indikator rasa tidak aman dan kurangnya pengetahuan seksual seseorang. "Itu memang membantu dalam beberapa kasus, tetapi dalam kasus lain menyebabkan orang merasa dihakimi," ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement