REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pembakaran Alquran oleh Rasmus Paludan, seorang politisi sayap kanan Denmark di Kedutaan Besar Turki di kota Stockholm, Swedia menyedot perhatian publik.
Usut punya usut, pembakaran Alquran oleh Rasmus tidak hanya sekali ini. Beberapa kali dia membakar Alquran dalam aksi demonstrasinya.
Pembakaran mushaf Alquran sejatinya bukan hal yang menyimpang dalam tradisi umat Muslim bila peruntukannya sesuai. Mushaf Alquran dalam keadaan darurat, misal bila mushaf tersebut sudah tidak layak baca serta berkemungkinan besar berceceran sehingga ternodai, terinjak dan sebagainya, boleh untuk dibakar demi menjaga kesakralannya.
Akan tetapi, apa yang dilakukan Rasmus adalah sebaliknya. Dia membakar Alquran justru untuk merendahkan martabat Alquran dan pemeluk agama Islam sekaligus.