Selasa 31 Jan 2023 17:24 WIB

Awal Tahun, Industri Dalam Negeri Mulai Ekspansif

Indeks Keyakinan Industri Januari mencapai 51,54 poin, berada pada level ekspansif.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pengendara melintas di depan deretan toko sepatu di Cibaduyut, Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Jumat (27/1/2023). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merilis Indeks Keyakinan Industri (IKI) Januari 2023. Tercatat angka IKI pada awal tahun ini mencapai 51,54 poin atau berada pada level ekspansif.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pengendara melintas di depan deretan toko sepatu di Cibaduyut, Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Jumat (27/1/2023). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merilis Indeks Keyakinan Industri (IKI) Januari 2023. Tercatat angka IKI pada awal tahun ini mencapai 51,54 poin atau berada pada level ekspansif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merilis Indeks Keyakinan Industri (IKI) Januari 2023. Tercatat angka IKI pada awal tahun ini mencapai 51,54 poin atau berada pada level ekspansif.

IKI menjadi indikator resmi dari pemerintah untuk mengukur derajat optimisme sektor industri manufaktur terhadap perekonomian. Adapun sampel diambil dari 5.416 industri besar, menengah, dan kecil yang terdiri dari 23 subsektor.

Baca Juga

Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, menyampaikan, dibandingkan level IKI pada Desember 2022, terdapat kenaikan sebsar 0,4 poin dari 50,9 poin.

Febri menuturkan, mengacu kepada kontribusi industri terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional per kuartal III 2022 lalu, sebanyak 12 subsektor dalam posisi ekspansi dengan bobot 80,1 persen sedangkan 11 subsektor kontraksi dengan bobot 19,9 persen.

"Secara umum perusahaan industri yang menjawab kondisi kegiatan usahanya selama Januari dalam kondisi stabil sebanyak 44 persen dan yang meningkat 30 persen," kata Febri dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (31/1/2023). 

Adapun, IKI dibentuk dari tiga variabel, yakni pesanan baru, produksi, dan persediaan. Masing-masing variabel itu menunjukkan adanya kenaikan yakni 1,07 persen, 0,32 persen dan 0,07 persen.

"Jadi, kenapa naik bisa dipahami bahwa di Januari sudah banyak industri yang mulai memperbarui kontrak mereka. Itu mungkin bisa meningkatkan volume dan nilai pesanan. Ini wajar karena awal tahun," katanya.

Menurut Febri, kegiatan industri di awal tahun lebih banyak untuk melayani kebutuhan dalam negeri ketimbang ekspor.

Adapun, salah satu industri yang masih cukup optimistis yakni industri makanan dan minuman atau mamin. Menurut Febri, industri mamin kemungkinan mulai menerima banyak pesanan sebagai persiapan bulan Ramadhan untuk pasar domestik.

"Untuk industri makanan minuman sebelum lebaran itu sudah menyiapkan dari sekarang. Misalnya ada sirop atau mungkin minyak goreng kemasan. Pesanan domestik berkontribusi besar pada pesanan Januari," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement