REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Penyakit Infeksi dan Tropis Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Dominicus Husada mengatakan, setiap tahun sekitar 700 ribu anak di seluruh dunia meninggal dunia akibat penyakit campak. Ini membuat campak ada di lima besar penyakit terbanyak yang jadi pembunuh anak.
"Penyakit ini sudah tua karena dikenal sejak ratusan tahun lalu dan jadi salah satu pembunuh anak yang paling dominan ada di urutan kelima dari semua pembunuh anak. Jadi, campak bukan kaleng-kaleng," ujarnya, Selasa (31/1/2023).
Ia menambahkan, penyakit ini memiliki efek yang mematikan. Penyakit ini juga berbahaya karena sangat menular, bahkan jauh lebih menular daripada sebagian besar penyakit menular lainnya.
Ia menjelaskan, virus campak menular lewat droplet. Namun, berbeda dengan Covid-19 sebelum ada subvarian omicron, campak jauh lebih berbahaya. Sebab, ketika ada satu tertular maka rata-rata bisa menulari 19 orang lainnya.
"Jadi, bisa terlihat penularan campak lebih cepat sampai dua kalinya. Jadi, sangat berbahaya," ujarnya.
Ia menjelaskan, penyakit campak adalah satu penyakit menular yang berbahaya yang disebabkan oleh virus campak. Sebenarnya di Indonesia, ia menyebutkan, hampir semua orang, baik orang tua atau kakek nenek sangat terbiasa melihat penyakit ini. Pasalnya, campak adalah penyakit yang tergolong sudah ada sejak lama di Indonesia.
Penyakit ini ditandai dengan demam, batuk, pilek, mata merah karena sakit mata. Kemudian, tahap berikutnya muncul bercak merah alias ruam.
"Begitu muncul merah-merah maka umumnya kita bisa katakan ini campak," katanya.
Ia menambahkan, tidak ada daerah di Indonesia yang terbebas dari campak. Terkait kembali maraknya campak di Tanah Air akhir-akhir ini, ia menilai, hal ini merupakan dampak dari pandemi Covid-19.
Dominicus mengatakan, selama tiga tahun terakhir, beberapa kegiatan kesehatan tidak bisa berjalan, terutama imunisasi. Akibatnya, cakupan imunisasi di seluruh dunia, termasuk Indonesia, menurun tajam.
"Padahal, kita tahu kalau imunisasi penyakit menular dihentikan maka tunggulah penyakit akan datang kembali. Para ahli dua tahun lalu sudah meramalkan bahwa kita akan menghadapi hari ini," katanya.
Artinya, lanjut Dominicus, kejadian ini sudah diperkirakan. Hampir semua penyakit yang bisa divaksin kemudian kasusnya kembali meningkat.