REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggandeng sutradara dan produser ternama Indonesia, Garin Nugroho untuk membuat film dokumenter Satu Abad NU.
Untuk mempersiapkan film itu, Garin berdiskusi bersama Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (31/1/2023).
Garin mengatakan, dalam memperingati Harlah NU kali ini, PBNU menggelar sembilan rangkaian kegiatan, yaitu Religion 20 (R20), Muktamar Internasional Fiqih Peradaban, Festival Tradisi Islam Nusantara, gerakan kemandirian NU, NU Tech, Porseni, Anugerah Tokoh An-Nahdlah, NU Women, dan ditutup dengan Resepsi Puncak Harlah NU.
Menurut Garin, sembilan event besar tersebut mengandung nilai-nilai dan komitmen NU ke depan.
"Tadi ada diskusi dengan Gus Yahya untuk membikin semacam dokumenter agar nilai-nilai itu menjadi bisa diingat, diaktualisasi dan kemudian ditumbuhkembangkan oleh warga NU ataupun dunia Islam di Indonesia," ujar Garin usai berdiskusi dengan Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (31/2/2023).
Menurut Garin, Muktamar Internasional Fiqih Peradaban merupakan salah satu event besar yang harus didokumentasikan. Karena, di dalam muktamar ini akan melahirkan temuan-temuan ke depan tentang membaca Islam di negeri ini maupun di internasional.
"Kira-kira diskusinya adalah bagaimana kita mensosialisasikan lewat karya, nilai-nilai yang menjadi komitmen, nilai-nilai yang menjadi peta dan nilai-nilai yang ingin disosialisasikan ke masyarakat termasuk ke internasional oleh NU," ucap Garin.
Garin mengatakan, film dokumenter ini merupakan representasi pandangan NU dalam membaca peradaban dan meletakan komitmen masa depan.
Menurut dia, sebagian materi sudah ada untuk membuat film dokumenter itu.
“Materi sudah ada, sembilan langkah atau sembilan event besar itu sebenarnya adalah sembilan pemikiran dan komitmen dari PBNU. Karena itu, perlu disosialisasikan seluruh pemikiran yang diwujudkan di dalam sembilan acara yang sudah dilakukan, puncaknya pada 7 Februari itu,” jelas Garin.
Garin Nugroho sendiri dikenal sebagai sutradara populer di Indonesia. Namanya melambung setelah film cerita panjang pertamanya, Cinta dalam Sepotong Roti (1990) yang langsung mendapat penghargaan Film Terbaik di Festival Film Indonesia 1991.
Sementara film keduanya, Surat untuk Bidadari (1992), membawanya ke panggung perfilman internasional. Sejak itu, Garin kian melejit dan merambah ke berbagai festival film internasional.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Rahmat Hidayat Pulungan, menjelaskan Puncak Resepsi Harlah Satu Abad NU sendiri merupakan event besar yang akan dihadiri jutaan orang. Karena itu, menurut dia, momentum ini harus didokumentasikan.
"Maka kemudian kita panitia mengajak Mas Garin agar event sebesar ini bisa ada dokumentasi yang nanti kita bikin jadi film dokumenter, yang nanti itu bisq menjadi pelajaran dari sejarah yang bisa dipelajari oleh generasi yang akan datang," kata Rahmat.
Dengan adanya film dokumenter ini, tambah dia, PBNU inhin menyampaikan pesan kepada masyarakat, baik internasional maupun di dalam negeri bahwa NU adalah organisasi sangat besar, mempunyai jamaah sangat banyak, dan bisa mengambil peran yang cukup positif dalam kehiduoan bangsa dan negara yang sangat plural.
"Jadi garis besarnya adalah bahwa aktivitas yang dilakukan PBNU terkait dengan agenda-agenda Satu Abad NU ini semua akan dirangkum dalam sebuah cerita film dokumenter itu," jelas Jubir Panitia Puncak Resepsi Harlah Satu Abad NU ini.
n/Muhyiddin