REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Selasa (31/1/2023) malam, menggelar acara “Anugerah Satu Abad NU” di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan menuju puncak acara Harlah Satu Abad NU yang akan digelar di Sidoarjo pada Selasa (7/2/2023) pekan depan.
Pada malam Anugerah Satu Abad ini, PBNU tidak hanya memberikan kepada para tokoh nasional maupun internasional, tapi juga kepada instansi yang telah memberikan kontribusi terbaiknya kepada umat Islam.
Peraih anungerah ini dibagi menjadi beberapa kategori. Untuk kategori internasional, PBNU memberikan penghargaan kepada Al Azhar Kairo Mesir, Sayyid Abbas bin Abdul Azis, Syaikh Yasin Al Fadani, dan Martin Van Bruinessen.
Untuk kategori nasional, PBNU memberikan penghargaan kepada Ir Soekarno, KH Abdul Wahid Hasyim, KH Abdurrahman Wahid, dan Usmar Ismail. Sedangkan untuk kategori pesantren yang berusia satu abad diberikan kepada 68 pesantren. Di antaranya, Ponpes Salafiyah Syafiiyah Situbondo, Pondok Pesantren Darussalam Martapura Kabupaten Banjar, dan Ponpes Al Kaumani (APIK) Kaliwungu Kendal.
Kemudian, untuk kategori pengabdi sepanjang hayat diberikan kepada Prof KH Ali Yafie, KH Turmudzi Badarudin, Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid, dan TGH Tabrani Basri. Lalu, untuk kategori pejuang NU yang menjadi saksi penandatanganan naskah pendirian NU diberikan kepada 25 tokoh.
Tidak hanya itu, anugerah Satu Abad NU juga diberikan kepada KH Said Aqil Siradj sebagai Ketua Umum Tanfidziyah PBNU periode 2010-2021 dan kepada Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin sebagai Rais Aam PBNU. Keduanya mendapatkan anugerah untuk kategori pejuang NU.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan bahwa jasa-jasa para tokoh yang mendapat Anugerah Satu Abad NU tersebut telah memberikan kontribusi besar terhadap NU, agama, dan bangsa.
“Jasa-jasa yang sudah diberikan oleh para tokoh yang malam ini kami sebut sebagai mereka yang telah memberikan begitu besar jasa-jasa terhadap NU, terhadap bangsa dan negara dan terhadap kemanusiaan,” jelas Gus Yahya.
“Mudah-mudahan dari pengakuan kami atas jasa-jasa beliau semua itu mendatangkan berkah bagi perjalanan upaya-upaya yang kami akan lakukan selanjutnya,” tutupnya.