REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kalau menonton film horor, kesannya seram banget ketika menyaksikan jin dan setan. Orang langsung takut, bergidik, bahkan sampai terbawa dalam mimpi.
Namun, pada hakikatnya, setan itu gaib. Tidak kasatmata. Nah, mereka itu punya kelemahan. Bagi yang ingin menaklukkan setan dan jin, maka wajib mengetahui kelemahan mereka. Apa saja kelemahan keduanya? Berikut ini adalah ulasannya.
Pertama, orang-orang mukhlis alias orang-orang yang ikhlas dan berbuat kebaikan. Kelemahan satu ini dijelaskan dalam Surah Al-Hijr ayat 39-40.
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
qāla rabbi bimā agwaitanī la`uzayyinanna lahum fil-arḍi wa la`ugwiyannahum ajma’īn
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ
illā ‘ibādaka min-humul-mukhlaṣīn
Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”.
Kalau setan dan jin mengetahui orang yang akan digodanya adalah sholeh, mukhlis, berbuat banyak kebaikan, setan dan jin langsung baperan dan segan untuk menggoda orang tersebut.
Kedua, ketangguhan Umar bin Khatab. Setan dan jin jika berjalan, kemudian di depannya ada Sayyidina Umar, keduanya akan miring jalannya, lebih memilih lewat jalan lain yang tidak dilewati Umar. Setan dan jin langsung ciut begitu berpapasan dengan Umar, khalifah pengganti Abu Bakar tersebut.
Mengapa begitu? Karena Sayyidina Umar memegang teguh ajaran Islam. Dia sungguh-sungguh mengamalkan Islam. Setan dan jin takut menghadapi orang yang teguh dalam keimanan seperti Sayyidina Umar.
Kelemahan setan dan jin yang ketiga adalah tidak dapat menyerupai Rasulullah. Kalau seseorang memimpikan Nabi Muhammad, jelas itu pasti sang nabi. Batin akan tenang dan akan semakin rindu kepada Rasulullah yang mulia. Itu adalah mimpi yang benar, karena setan dan jin mustahil dapat meniru wujud Rasulullah.
Penjelasan bahwa setan tak dapat meniru wujud Nabi Muhammad dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Muslim.
Keempat, setan dan jin tidak dapat menembus batas langit tertentu. Biasanya kawasan langit itu hanya dapat dilewati malaikat. Bahkan, ada pula langit yang khusus yang jika ada makhluk masuk ke sana akan hancur.
Dalam hal ini, setan dan jin tidak dapat mengetahui informasi dari langit. Kalau ada informasi yang diklaim berasal dari langit, tapi tak dijelaskan dalam Alquran, hadits, dan orang-orang shaleh, itu dusta.
Kelima, setan dan jin tak dapat melewati pintu ruangan atau kawasan yang ditutup dengan nama Allah.
Keenam, setan dan jin takut kepada Nabi Sulaiman. Hal ini dijelaskan dalam Surah Shad ayat 35 sampai 38.
قَالَ رَبِّ ٱغْفِرْ لِى وَهَبْ لِى مُلْكًا لَّا يَنۢبَغِى لِأَحَدٍ مِّنۢ بَعْدِىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ
qāla rabbigfir lī wa hab lī mulkal lā yambagī li`aḥadim mim ba’dī, innaka antal-wahhāb
35. Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”.
فَسَخَّرْنَا لَهُ ٱلرِّيحَ تَجْرِى بِأَمْرِهِۦ رُخَآءً حَيْثُ أَصَابَ
fa sakhkharnā lahur-rīḥa tajrī bi`amrihī rukhā`an ḥaiṡu aṣāb
36. Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya,
وَٱلشَّيَٰطِينَ كُلَّ بَنَّآءٍ وَغَوَّاصٍ
wasy-syayāṭīna kulla bannā`iw wa gawwāṣ
37. dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam,
وَءَاخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِى ٱلْأَصْفَادِ
wa ākharīna muqarranīna fil-aṣfād
38. dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu.
Arti setan dan jin
kata dasar syaithan (setan) adalah 'syathana', yang memiliki makna 'ba'uda' atau jauh. Biasanya kata 'ba'uda' ini ditempatkan pada frasa 'ghazwatun ba'idah', yang berarti peperangan yang jauh. Kata 'syathona' juga sering digunakan pada kalimat 'rumah itu syathana', atau rumah itu jauh.
Karena itu, dinamakan syaithan karena dia jauh dari rahmat Allah SWT. Seorang laki-laki bisa menjadi seperti setan maka disebutlah 'syayyathana rajul', yang berarti laki-laki itu berubah menjadi seperti setan.
Laki-laki tersebut berubah menjadi seperti setan karena telah mengerjakan perbuatan setan. Sehingga kemudian menyebabkannya dijauhi manusia, sebagaimana Allah SWT menjauhkan iblis dari surga.
Jin berasal dari kata jinniyyun diambil dari kata 'al ijtinan'. Artinya, menutup diri dan bersembunyi. Mereka dinamakan demikian karena menutup diri dan tersembunyi dari pandangan mata manusia sehingga tidak terlihat.
Abdul Hamid as-Suhaibani menjelaskan secara istilah, makna jin adalah jenis ruh yang berakal dan memiliki keinginan, yang diberikan beban (taklif) sama seperti manusia. Mereka tidak bersifat materi, tertutup dari panca indera, tidak terlihat dalam tabiat dan rupa asli mereka. Mereka makan, minum, menikah, dan memiliki keturunan. Amal-amal mereka kelak di akhirat juga akan dihisab.