Rabu 01 Feb 2023 16:45 WIB

Kepadatan Payudara Tinggi Indikasikan Risiko Kanker Payudara, Banyak Wanita Abai

Sebagian besar wanita tak begitu mengenal faktor-faktor risiko kanker payudara.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
kepadatan payudara tinggi mengindikasikan risiko kanker payudara. Namun masih banyak wanita abai. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
kepadatan payudara tinggi mengindikasikan risiko kanker payudara. Namun masih banyak wanita abai. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar satu dari delapan kasus kanker di dunia merupakan kanker payudara. Pada 2020, penambahan kasus kanker payudara baru di dunia mencapai 2,3 juta. Meski merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum, sebagian besar wanita masih tak begitu mengenal dan medulikan faktor-faktor risiko kanker payudara.

Seperti pada kanker lainnya, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Sebagian dari faktor risiko tersebut sudah adalah faktor genetik, gaya hidup tak sehat, berat badan tak sehat, serta kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok. Faktor risiko kanker payudara lainnya adalah densitas atau kepadatan payudara.

Baca Juga

Berdasarkan studi terbaru yang dipublikasikan dalam JAMA Network OpenTrusted Source, diketahui bahwa pemahaman banyak wanita terhadap faktor risiko payudara masih belum cukup baik. Sebagai contoh, sebagian besar wanita yang terlibat dalam studi ini mengetahui bahwa riwayat keturunan atau genetik merupakan salah satu faktor risiko dari kanker payudara. Namun, hanya sedikit wanita yang menyadari bahwa densitas payudara juga merupakan faktor risiko dari kanker payudara.

Padahal, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan risiko kanker payudara secara signifikan. Sebagai contoh, riwayat kanker payudara pada keluarga dekat bisa meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak dua kali lipat. Sedangkan densitas payudara yang tinggi dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 1,2-4 kali lipat.

Selain itu, hampir sepertiga wanita juga meyakini bahwa tak ada upaya yang bisa dilakukan untuk menekan risiko kanker payudara yang mereka miliki. Padahal, ada banyak faktor risiko kanker payudara yang sebenarnya dapat dimodifikasi.

Chief Patient Officer dari American Cancer Society, dr Arif Kamal, merasa tak terkejut atas temuan dalam studi ini. Menurut dr Kamal, densitas payudara merupakan istilah yang cukup asing bagi orang awam karena sudah jarang digunakan sejak lama.

"Jadi sebagai faktor risiko, (densitas payudara) merupakan sesuatu yang relatif baru dipahami," jelas dr Kamal, seperti dilansir Medical News Today.

Densitas payudara yang tinggi bisa meningkatkan risiko kanker payudara karena payudara yang lebih padat atau besar memiliki jaringan fibrosa dan glandular yang lebih banyak dibandingkan jaringan lemaknya. Dr Kamal mengatakan, jaringan glandular merupakan kelenjar yang berfungsi menghasilkan ASI pada wanita.

"Bagian (payudara) yang bisa berubah menjadi kanker, pada satu dari delapan wanita, adalah bagian glandular," kata dr Kamal.

Dr Kamal mengatakan, densitas payudara wanita bisa mengalami perubahan di sepanjang kehidupan mereka. Perubahan ini dapat dipengaruhi opeh banyak faktor, seperti status menstruasi serta kista. Pengukuran densitas payudara juga tak bisa dilakukan secara mandiri, namun melalui pemeriksaan dengan mammogram.

Dr Kamal menekankan, densitas payudara yang tinggi tak serta merta membuat seorang wanita pasti akan terkena kanker payudara. Namun, semakin banyak faktor risiko lain yang menyertai, semakin besar pula risiko kanker payudara yang perlu diwaspadai oleh wanita.

"Bila densitas payudara merupakan satu-satunya faktor risiko, kita masih mengelompokkan mereka ke dalam kategori risiko lebih rendah. Bila ada faktor-faktor risiko lain (yang juga dimiliki wanita), itu mengindikasikan risiko yang lebih tinggi," ujar dr Kamal.

Meski sebagian wanita meyakini bahwa risiko kanker payudara tak bisa ditekan, manajer informasi kesehatan senior di Cancer Research UK, Claire Knight, mengatakan hal yang sebaliknya. Meski tak semua faktor risiko kanker payudara bisa dimodifikasi, ada faktor-faktor risiko kanker payudara yang masih dapat diperbaiki.

"Ada hal-hal yang bisa kita upayakan untuk menurunkan risiko kanker payudara kita, seperti menjaga berat badan dalam rentang sehat, aktif secara fisik, dan menghindari alkohol," ujar Knight.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat (AS). Berikut ini adalah lima tips yang direkoemndasikan oleh CDC untuk menekan risiko kanker payudara:

1. Menjaga berat badan dalam rentang sehat

2. Membiasakan pola hidup aktif secara fisik

3. Mengurangi atau menghindari alkohol

4. Diskusikan risiko kanker payudara sebelum menjalani terapi pengganti hormon atau sebelum menggunakan obat pengontrol kehamilan

5. Menyusui bayi bila memungkinkan

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement