Rabu 01 Feb 2023 19:02 WIB

Teknologi Wolbachia untuk Tangani DBD, Seperti Apa?

Inilah teknologi baru untuk mengatasi DBD di Bali.

Red: Natalia Endah Hapsari
Pasien demam berdarah dengue (DBD). (Ilustrasi)
Foto: Republika
Pasien demam berdarah dengue (DBD). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR --- Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Nyoman Gede Anom menyampaikan bahwa Pemprov Bali akan menerapkan teknologi wolbachia di tahun 2023 untuk menangani Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Sebentar lagi kita menggunakan teknologi baru untuk mengatasi DBD di Bali, yaitu teknologi wolbachia yang bekerja sama dengan BMKG untuk mendeteksi demam berdarah sebulan sebelum timbul melalui cuaca dan kelembaban," kata dia, Rabu (1/2/2023).

Baca Juga

Anom mengatakan bahwa program ini nantinya akan diuji di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng, sebagai dua daerah dengan tingkat demam berdarah tertinggi selama 2022 di Bali.

Berdasarkan data Dinkes Bali diketahui bahwa selama 2022 terdapat 5.638 kasus demam berdarah dengan 1.096 dari Denpasar dan 869 dari Buleleng, dengan kematian terbanyak dari Denpasar yaitu delapan orang disusul Klungkung empat orang.

Saat ini, Dinkes Bali memulai tahap sosialisasi untuk teknologi wolbachia di masyarakat, lantaran selama ini masyarakat hanya mengetahui program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), sementara wolbachia adalah teknik menyebarkan dan memelihara nyamuk. "Jadi kita kenalkan ke masyarakat biar masyarakat tahu ini bukan nyamuk berbahaya, ini nyamuknya akan interaksi (kawin) dengan nyamuk aedes aegypti dan setelah itu tidak akan menularkan lagi virus," jelas Anom.

Proses sosialisasi dari program ini akan berlangsung selama enam bulan, sehingga teknologi wolbachia ditarget untuk sampai ke masyarakat pada pertengahan 2023. "Nanti ada kader-kader masyarakat tertentu yang kita pilih untuk memelihara di rumah tangga. Itu diberikan telurnya, ada dalam wadah tertentu sampai menetas jadi jentik dan nyamuk. Ini gratis program pemerintah," ujarnya.

Sementara itu, hingga saat ini teknologi wolbachia sedang diproses dan dikembangkan melalui kerja sama dengan World Mosquito Program (WMP) dengan Universitas Udayana.

Pejabat Pemprov Bali itu menyampaikan bahwa teknik ini sudah sempat dilakukan di DI Yogyakarta dan telah terbukti, di mana teknologi wolbachia mampu menurunkan angka DBD mencapai 78 persen di sana.

Untuk sementara, Dinkes Bali masih mengimbau masyarakat untuk menerapkan cara konvensional yaitu penerapan 3M, PSN dan pemakaian obat nyamuk serta kelambu saat tidur. "Nanti tetap kita imbau untuk masyarakat tenang dulu, jadi lakukan fogging terfokus di mana tempat-tempat yang ada kasus DBD, kan ada alamatnya fogging daerah itu," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement